30 August 2010

Pesona Pulau Seribu



Sepoi angin pulau... menebar CINTA... bukan semata makna CINTA pada manusia... namun juga pada semesta, serta KHALIK penciptanya....

18 August 2010

Surat untukmu 1




“ Pa…
Singapura saat ini sudah banyak berubah dari terakhir kunjungan kita…
Banyak bangunan baru lho, pa…
Rasanya baru kemarin kita bertahun baruan disini bersama…
Dan menjadi hal yang aneh rasanya menjejakkan kaki disini, karena kunjungan terakhirku ke tanah temasek ini adalah bersamamu… bergidik kudukku menyadari itu…

Pa,
Memang bukan kali pertama aku kesini, tapi dalam berkali-kali kunjungan itu, yang terakhir adalah bersamamu dan itu memang pula akan kunjungan pertama dan terakhir bagi kita …. Agak berlibet ya pa, aku menyampaikannya… tapi mudah-mudahan kau mengerti maksudku itu…

Pa,
Saat ini aku ada di bandara, menunggu pesawat yang akan membawaku kembali ketanah air. Kuingat waktu itu, aku makan bebek panggang dengan Uli dan kau menghampiri, setelah kau habiskan nasi goreng basi yang kita beli semalam sebelumnya. Padahal kalau kau mau, akupun sudah menawarkanmu untuk ikut makan bersama kami… Pertimbangan yang dahsyat… -three dollar… tidak lebih… aaahhhh-

Pa,
Banyak derita yang saat ini kurubah menjadi suka cita, pa… karena kalau tidak begitu tentu akan memberatkan langkahmu.

Pa,
Perjalanan kita yang kala itu sangatlah jauh dari sempurna, menjadi indah rasanya…. Ketika saat ini aku harus sendiri…

Pa,
Ketika tulisan ini kutulis, aku sedang sendiri, menyulut rokok di teras bandara Changi yang dulu kita lakukan bersama… Walau tanpa saling berkata-kata, yang ada hanya diam…. –tepatnya sebal dan kesal dihatiku… entah aku tak tahu apa yang ada di kepala dan hatimu-…. Namun saat ini semua menjadi terasa begitu sepi…

Pa,
Kamu baik-baik ya …
Aku selalu berdoa untukmu, agar ringanlah langkahmu.
Dampingi aku dan Uli ya pa…
Aku yakin… Jauh didasar hatimu… selalu ada cinta untukku…”


Changi, 17 Agustus 2010
14:27 Local Time

Casino




“Semua orang sibuk mengorek tas dan saku, untuk mencari tanda identitas diri, didepan selasar yang terbelah untuk Singaporean dan untuk foreigner …
Petugas yang sangat informative tersebar disemua sisi, agar tak lah orang akan kesasar kesana-kesini… well prepared… luar biasa…

Casino Marina Bay Sand barulah beberapa bulan berdiri…
Namun telah mampu merebut hati jutaan orang yang ingin mengadu nasib.
Kocek tebal menjadi tipis
Kocek tipis bisalah menjadi tebal.
Ada yang impas…
Tapi yang paling menyedihkan adalah yang sudah tipis makin menjadi tipis…. Bahkan habis…

Casino Marina Bay Sand…
Lahan yang tak pernah lengang…
Lahan yang selalu dipenuhi manusia…
Tak kenal senyap…
Gemerincing suara mesin, tawa, tangis, teriakan, mata sembab, wajah cerah ditengah kepulan asap rokok dilantai bawah dari manusia-manusia yang mengadu nasib… semua tertumpuk disana…”


Singapura 17 Agustus 2010
09:15 local Time

Untuk Franki



“Franki…
Terima kasih atas hari-hari kita ini…
Bersama merajut tawa, canda, tangis, duka dalam kemasan yang langka.
Hanya tiga hari kita bersama, namun sangatlah sarat dengan makna… Pinguin dimana-mana…

Franki…
Jujur aku tak mengerti arti tatapan matamu,
Jujur aku kadang tak mampu menyelami arti diammu,
Kau hanya menyajikan banyak tatapan dan senyuman padaku tanpa kata-kata.
Alasanmu, kau sedang mengaggumi apa yang sedang berada dihadapanmu… ya… yaitu aku… -tersanjunglah kiranya diriku, Frank….-

Franki…
Sekali lagi, terima kasih atas hari-hari kita yang sungguh singkat ini.
Imagi penguin yang menari-nari dan bunyi music pengiringnya, sungguh melesak dalam hati. Dan Franki… akan kupanggil memori ini bila rindu menghampiri…”

Singapura, 17 Agustus 2010
09:00 Local time

Orchard Road pagi hari





“Hangat pagi, disela semilir angin… matahari membuka lembar hari.
Lalu lalang manusia penghuni bumi, mulai bergerak kesana-kemari dengan urusannya sendiri-sendiri.

Lali-laki berdasi, perempuan ber rok mini, anak-anak dan remaja berseragam rapi. Ibu-ibu tua menarik tali anjing pudel manis yang kadang tak terkendali lari-lari. Tak tertinggal pula bapak-bapak tua melangkah perlahan menapaki hari yang baru lagi.
Tak lah terlihat beban diraut pagi, berbagai ras berkumpul dan tertumpuk disini.
Bersama-sama mengadu hidup, mengais rejeki agar dapat terus menjalani hari.
Memenuhi naluri atas perintah Sang Pemilik Hidup itu sendiri.
Orchard Road pagi hari…

Menyadarkan ku kembali… -yang sedang ditemani segelas kopi dan sebatang rokok tidak sehat- akan indahnya hidup ini…”

Singapura, 17 Agustus 2010
08:50 local time

14 August 2010

Catatan untuk Taruli Anakku


"Hari kita kedepan akan menjadi hari yang melelahkan, nak... Berdua kita berjuang untuk tetap bertahan hidup...
Perjuangan kita masihlah panjang... Namun bekal kerja keras sudah terpatri dihati kita bukan? Ayo nak, sekarang sungguh tinggal kita berdua...
Bayang-bayang itu memang sudah tidak ada, tetapi ia tetap akan hidup ditengah kita berdua...."

Kenanganku untukmu



Tulisan ini dibacakan saat Misa Peringatan 40 hari kepergian Ir. Sahala Parlindungan Situmeang, M.Sc, yang dipimpin oleh Romo Jourdan, OFM


Dalam piluku yang tak pernah orang tahu….

Aku selalu ingin kau ada didekatku…
Tak hanya saat-saat terakhir hidupmu…
22 tahun aku selalu berusaha meraihmu…
Ingin selalu mendekapmu…
Kupegang teguh janji itu, dengan segala gelombang pasang surut untuk tetap hidup bersamamu.
Bukan hal yang mudah.
Lelah, letih… hingga rasanya tak kuat lagi… aku tahankan rasa gemuruh hatiku untuk lari menjauh darimu. Tapi kutahankan itu…

Sering kulantunkan lagu James Ingrams dalam hatiku…
“… to make the magic last for more than just one night….”
Aku menanti keajaiban…. Sekaliiiiii saja
Sekali saja…
Harapanku hanya ingin sekaliiiii saja kau ungkapkan rasamu untuk ingin selalu dekat denganku.
Sekaliiiii saja kau sampaikan rasa cintamu padaku.
Lalu kita kembali berjalan bersama … bertiga… menapaki jalan hidup yang kukira masih panjang untukmu.
Harapanku hanya sekali…

Tetapi… ternyata kau beri aku lebih banyak dari itu…
“Aku mau ikut kamu…” dengan gaya ucapmu yang kaku
“Aku mau dekat kamu…” tetap dengan gaya bicaramu yang beku
“Aku mau selalu dekat kamu…” katamu sekenanya dengan langkahmu yang selalu buru-buru itu.

Tiga kalimat pendek yang kau tinggalkan untukku…
Sebagai jawaban penantian 22 tahun hidup bersamamu…
Dan setelah itu….

Kau pergi …

Jangan takut sayangku…. kau akan selalu dekat aku… karena memang itu adalah harapanku
Jangan cemas cintaku… kau akan selalu dekat denganku… karena memang itu adalah impianku sejak dulu.

Selamat jalan, Sahala…
Selamat jalan, Suamiku…
Kita akan selalu dekat… sangat dekat….
Karena memang selalu ada cinta diantara kita…


Mampang,
Medio, 3 Juli 2010 - 22:15