04 December 2013

Ketika IMAM begitu dekat dengan UMATnya.

Ketika kita melihat para IMAM berkhotbah di Altar, adalah menjadi sebuah gambaran bahwa IMAM adalah suara Tuhan yang menyampaikan Kabar Suka Cita dariNYA. IMAM selalu diposisikan untuk menjadi sesuatu yang berbeda dengan kami para AWAM. Sehingga IMAM sendiri kadang terlanjur dikondisikan hanya melulu urusan TUHAN dan KETUHANAN.
Namun ada fenomena menarik yang kualami saat Karnaval dan Festival Budaya Kampung Johar Baru, yang diselenggarakan pada tanggal 17 November 2013 yang lalu. Ketika itu seorang IMAM (yang biasa kami sebut dengan panggilan ROMO) yang sudah seperti bagian dari keluarga kami sedang berkunjung ke rumah dan melihat kesibukan yang dilakukan oleh anak-anak muda Johar Baru yang tergabung dalam SEKOLAH KOMUNITAS JOHAR BARU yang sering disebut dengan SKJB.
Beberapa pertanyaannya kujawab dengan penjelasan, bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah berlangsung lebih kurang satu tahun, dengan tujuan untuk membina dan membangun masyarakat Johar Baru yang terkenal sebagai Kampung tawuran, menjadi Kampung Pendidikan. Dan dari hasil audiensi dengan bapak Walikota, beliau menyampaikan sebuah slogan yang menurutku sangat tepat yaitu ; “INI BARU, JOHAR BARU…”. Kegiatannya terdiri dari pendidikan informal, yang dilakukan malam hari sepulang mereka bekerja atau berkegiatan. Pendamping mereka adalah kawan-kawan dari Jurusan Sosiologi yang dikomandani oleh Profesor Paulus Wirutomo. Ada banyak kegiatan yang dilakukan selama satu tahun ini, antara lain workshop stensil art, workshop gerak dan tari, theater, etnomusicology, mendongeng, usaha kecil dan banyak lagi. Kegiatan belajar ini ditutup dengan Karnaval dan Festival dengan menggelar arak-arakan dengan pakaian bermodel FESTIV bikinan mereka sendiri dari barang-barang bekas atau barang-barang yang mudah didapat, seperti daun kering, biji-bijian, botol plastic bekas, kantong plastic dan sebagainya.
Dari perbincangan panjang dengan Romo Mateus Batubara, OFM tentang kegiatan karnaval dan festival Budaya Kampung Budaya Kampung Johar Baru itu terbersit dalam benakku untuk mengajaknya berpartisipasi.
“Heeeem…. Gini…. Romo mau ikut kegiatan ini?”
“Maksudnya?”
“Begini… Romo ikut dalam kegiatan ini. Aku nanti nari, Mo…. Romo mau ikut?”
“Heeeh… saya tidak bisa menari….”
“Eeeeh jangan salah Romo… apa Romo pikir anak-anak itu bisa menari? Apakah Romo kira      
  mereka bisa main music? Semua berangkat dari nol Romo… hayoooo… ikut… Heeeem 
  pertanyaanku, Mo… apakah kalau ROMO itu trus gak boleh ikut kegiatan seperti ini?”
“Aaaah…. Tidak juga…. Bukan begitu… tapi permasalahannya, saya tidak bisa menari… nari apa 
 saya?”
“Nanti akan ada fragment CAK JB (Kecak Johar Baru)… Romo bisa ikut dalam fragment itu”.
“Aaaah… yang benar sajaaaa….”
“Ini bener Romo… “
Sejenak Romo Mateus Batubara, OFM tercenung… aku tidak tahu apa yang ada dalam benaknya… entah sekedar karena merasa tidak bisa menari… atau lebih karena posisinya sebagai seorang IMAM sekaligus BIARAWAN yang membuatnya agak risih juga untuk turut serta dalam kegiatan AWAM yang penuh hingar bingar… ada rusuhnya juga disela-sela bicara… dan segala macam hal duniawi lainnya… Mungkin juga… seperti biasa laaah yang kita tahu kan kalau Romo itu identik dengan suasana keTUHANan… Aku tidak tahu juga… mohon koreksi apabila saya salah ya Romo...
Tibalah waktunya latihan… Wayan, koreografer handal yang selalu dahsyat dalam berkarya mulai mengingatkanku untuk berlatih. Made istrinya beberapa kali mengatakan…”Bisa Romo… Romo bisa… gampang kok…” dan akhirnya Romo Mateus Batubara OFM pun melepaskan sandal alas kakinya…. Dan mulai ikut berlatih. Tidak tanggung-tanggung. Beliau berperan sebagai SRI RAMA, dalam Fragment tari KECAK yang berjudul KEMBALINYA SHINTA.
Cerita dalam fragment itu dimulai di Taman Kerajaan Alengka, tempat RAHWANA (diperankan oleh NGURAH) menyembunyikan SHINTA. SHINTA nampak bersedih, dan selalu terbayang wajah SRI RAMA suaminya. Ketika SHINTA sedang merindukan SRI RAMA, RAHWANA datang dan berusaha untuk menarik hati SHINTA. RAHWANA berusaha untuk memaksa SHINTA memenuhi keinginannya untuk menjadi istri. Saat RAHWANA sedang memaksa SHINTA, datanglah SRI RAMA yang melepaskan anak panahnya, dan kemudian berhasil membunuh RAHWANA. Dengan hati yang sangat bahagia, SRI RAMA mengajak SHINTA untuk kembali pulang. Dan fragment pun selesai.
Apapun cerita fragmentnya bagiku tidak penting. Tetapi yang membuatku angkat topi adalah kerendahan hati seorang IMAM untuk mau ikut bergabung bersama dengan kegiatan AWAM yang membuat kami menjadi merasa begitu dekat. Hingga ada seorang ibu yang mengatakan bahwa “Aaaah… ternyata, Romo itu bukan figur yang sombong ya… Romo kok mau ya…?” dan aku mendapat beribu komentar yang sangat positif dari banyak orang. Salah satunya adalah dari DR.FRANCISIA SEDA yang lebih dikenal dengan panggilan ERI SEDA. Beliau mengatakan, “Aaaaah… hebat sekali… seorang Romo telah membuktikan hidup mengGEREJA bersama dengan masyarakat biasa… saya salut sekali…”
Untuk Romo Mateus Batubara, OFM. Terima kasih banyak atas keikut sertaannya dalam kegiatan ini. Bagiku, ini adalah bukti bahwa seorang IMAM tidak hanya bisa berdiri di Altar Suci, tetapi juga mau untuk peduli dan bergabung bersama kami…. Mauliate Godang Amang Romo… Tuhan Memberkatimu… Amin.

Mampang, 04 Desember 2013

EM