Ketika kita melihat para IMAM berkhotbah
di Altar, adalah menjadi sebuah gambaran bahwa IMAM adalah suara Tuhan yang
menyampaikan Kabar Suka Cita dariNYA. IMAM selalu diposisikan untuk menjadi
sesuatu yang berbeda dengan kami para AWAM. Sehingga IMAM sendiri kadang
terlanjur dikondisikan hanya melulu urusan TUHAN dan KETUHANAN.
Namun ada fenomena menarik yang kualami
saat Karnaval dan Festival Budaya Kampung Johar Baru, yang diselenggarakan pada
tanggal 17 November 2013 yang lalu. Ketika itu seorang IMAM (yang biasa kami
sebut dengan panggilan ROMO) yang sudah seperti bagian dari keluarga kami
sedang berkunjung ke rumah dan melihat kesibukan yang dilakukan oleh anak-anak
muda Johar Baru yang tergabung dalam SEKOLAH KOMUNITAS JOHAR BARU yang sering
disebut dengan SKJB.
Beberapa pertanyaannya kujawab dengan
penjelasan, bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
telah berlangsung lebih kurang satu tahun, dengan tujuan untuk membina dan
membangun masyarakat Johar Baru yang terkenal sebagai Kampung tawuran, menjadi
Kampung Pendidikan. Dan dari hasil audiensi dengan bapak Walikota, beliau
menyampaikan sebuah slogan yang menurutku sangat tepat yaitu ; “INI BARU, JOHAR
BARU…”. Kegiatannya terdiri dari pendidikan informal, yang dilakukan malam hari
sepulang mereka bekerja atau berkegiatan. Pendamping mereka adalah kawan-kawan
dari Jurusan Sosiologi yang dikomandani oleh Profesor Paulus Wirutomo. Ada
banyak kegiatan yang dilakukan selama satu tahun ini, antara lain workshop
stensil art, workshop gerak dan tari, theater, etnomusicology, mendongeng,
usaha kecil dan banyak lagi. Kegiatan belajar ini ditutup dengan Karnaval dan
Festival dengan menggelar arak-arakan dengan pakaian bermodel FESTIV bikinan
mereka sendiri dari barang-barang bekas atau barang-barang yang mudah didapat,
seperti daun kering, biji-bijian, botol plastic bekas, kantong plastic dan
sebagainya.
Dari perbincangan panjang dengan Romo
Mateus Batubara, OFM tentang kegiatan karnaval dan festival Budaya Kampung Budaya
Kampung Johar Baru itu terbersit dalam benakku untuk mengajaknya
berpartisipasi.
“Heeeem…. Gini…. Romo mau ikut kegiatan
ini?”
“Maksudnya?”
“Begini… Romo ikut dalam kegiatan ini. Aku
nanti nari, Mo…. Romo mau ikut?”
“Heeeh… saya tidak bisa menari….”
“Eeeeh jangan salah Romo… apa Romo pikir
anak-anak itu bisa menari? Apakah Romo kira
mereka bisa main music? Semua berangkat
dari nol Romo… hayoooo… ikut… Heeeem
pertanyaanku, Mo… apakah kalau ROMO itu
trus gak boleh ikut kegiatan seperti ini?”
“Aaaah…. Tidak juga…. Bukan begitu… tapi
permasalahannya, saya tidak bisa menari… nari apa
saya?”
“Nanti akan ada fragment CAK JB (Kecak
Johar Baru)… Romo bisa ikut dalam fragment itu”.
“Aaaah… yang benar sajaaaa….”
“Ini bener Romo… “
Sejenak Romo Mateus Batubara, OFM
tercenung… aku tidak tahu apa yang ada dalam benaknya… entah sekedar karena merasa
tidak bisa menari… atau lebih karena posisinya sebagai seorang IMAM sekaligus
BIARAWAN yang membuatnya agak risih juga untuk turut serta dalam kegiatan AWAM
yang penuh hingar bingar… ada rusuhnya juga disela-sela bicara… dan segala
macam hal duniawi lainnya… Mungkin juga… seperti biasa laaah yang kita tahu kan
kalau Romo itu identik dengan suasana keTUHANan… Aku tidak tahu juga… mohon
koreksi apabila saya salah ya Romo...
Tibalah waktunya latihan… Wayan,
koreografer handal yang selalu dahsyat dalam berkarya mulai mengingatkanku
untuk berlatih. Made istrinya beberapa kali mengatakan…”Bisa Romo… Romo bisa…
gampang kok…” dan akhirnya Romo Mateus Batubara OFM pun melepaskan sandal alas
kakinya…. Dan mulai ikut berlatih. Tidak tanggung-tanggung. Beliau berperan
sebagai SRI RAMA, dalam Fragment tari KECAK yang berjudul KEMBALINYA SHINTA.
Cerita dalam fragment itu dimulai di
Taman Kerajaan Alengka, tempat RAHWANA (diperankan oleh NGURAH) menyembunyikan SHINTA.
SHINTA nampak bersedih, dan selalu terbayang wajah SRI RAMA suaminya. Ketika
SHINTA sedang merindukan SRI RAMA, RAHWANA datang dan berusaha untuk menarik
hati SHINTA. RAHWANA berusaha untuk memaksa SHINTA memenuhi keinginannya untuk
menjadi istri. Saat RAHWANA sedang memaksa SHINTA, datanglah SRI RAMA yang
melepaskan anak panahnya, dan kemudian berhasil membunuh RAHWANA. Dengan hati
yang sangat bahagia, SRI RAMA mengajak SHINTA untuk kembali pulang. Dan
fragment pun selesai.
Apapun cerita fragmentnya bagiku tidak
penting. Tetapi yang membuatku angkat topi adalah kerendahan hati seorang IMAM
untuk mau ikut bergabung bersama dengan kegiatan AWAM yang membuat kami menjadi
merasa begitu dekat. Hingga ada seorang ibu yang mengatakan bahwa “Aaaah…
ternyata, Romo itu bukan figur yang sombong ya… Romo kok mau ya…?” dan aku
mendapat beribu komentar yang sangat positif dari banyak orang. Salah satunya
adalah dari DR.FRANCISIA SEDA yang lebih dikenal dengan panggilan ERI SEDA.
Beliau mengatakan, “Aaaaah… hebat sekali… seorang Romo telah membuktikan hidup
mengGEREJA bersama dengan masyarakat biasa… saya salut sekali…”
Untuk Romo Mateus Batubara, OFM. Terima
kasih banyak atas keikut sertaannya dalam kegiatan ini. Bagiku, ini adalah
bukti bahwa seorang IMAM tidak hanya bisa berdiri di Altar Suci, tetapi juga
mau untuk peduli dan bergabung bersama kami…. Mauliate Godang Amang Romo… Tuhan
Memberkatimu… Amin.
Mampang,
04 Desember 2013
EM
No comments:
Post a Comment