Tidak terasa penelitian
disertasi doktoralku tentang TERAPI TARI BALI sudah 7 tahun berlalu. Dalam
simpul dari penelitianku ini, kujelaskan bahwa gerakan-gerakan tari dalam
terapi tari Bali memiliki potensi yang sangat besar untuk memampukan seseorang
agar lebih berdaya, peka dan memiliki kemampuan tinggi untuk dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. (Dalam bab 6). Sebagai treatment yang inovatif,
terapi tari bali dapat menjadi media untuk memaknai situasi yang menjadi
masalah dalam dirinya.
Situasi pandemic COVID 19
ini sungguh membuat semua orang merasakan ketidaknyamanan. Mungkin diawal-awal
kemunculannya, semua orang masih bisa bertahan dalam situasi isolasi dirumah
masing-masing, Tetapi dalam berjalannya waktu, semakin lama, situasi ini
membuat pikiranpun ikut terasa buntu. Oleh karenanya aku mencoba mengajak
kawan-kawan untuk melakukan lagi terapi tari yang sudah kubuktikan keampuhannya
7 tahun lalu.
Apa yang kulakukan? Aku meminta
adik-adikku yang hebat –I Wayan Arnawa, dialah yang menterjemahkan konsep
disertasiku dalam bentuk koreografi tarian Terapi Tari Bali bersama dengan
istrinya, Ni Made Anny Suartiny dan Gangga, putri mereka yang sekarang juga
sudah mengikuti jejak ayah ibunya menjadi seorang penari cilik– untuk
bersama-sama dengan kawan-kawan lainnya menari dalam suasana pandemic ini. Gerakan yang dilakukan adalah
gerakan IMPULS yaitu gerakan bebas. Peserta dapat melakukan gerakan apapun
sesuai dengan dorongan nalurinya, leluasa melepas segala tekanan yang ada dalam
dirinya.
Heeem…. Jadilah video
dibawah ini... kami semua bebas berekspresi dalam melepaskan semua beban
seperti, kebosanan, kecemasan, ketakutan, kemarahan. Selain itu juga untuk
melakukan peregangan tubuh, akibat lama tidak melakukan gerakan-gerakan yang
biasa dilakukan. Setelah mereka melakukan gerakan ini, aku membuat sedikit
survey kecil-kecilan, dengan menanyakan bagaimana perasaan mereka setelah
melakukan gerakan IMPULS ini. Jawaban mereka adalah :
1. Yang
tadinya malas-malasan menjadi bersemangat.
2. Yang
tadinya jenuh, seketika hilang kejenuhannya.
3. Kembali
bersemangat.
Mereka
menari tanpa patokan, bebas bergerak tanpa harus menghafalkan gerakan tari.
Bebas berekspresi dan hasilnya luar biasa. Ada rasa bahagia dan bangga juga,
bahwa penelitianku ini valid, dan dapat dipergunakan dalam situasi apapun. Ini
sumbangan kecilku bagi Hidupku, bagi Tanahku, bagi Alamku yang saat ini sedang merunduk. Kupersembahkan
MENARI untuk ALAM ini padaMU…
Yogyakarta, 28 April 2020
Menari adalah Aku.
Aku menari, dalam sendiri.