Tidak
semua orang merasa nyaman terhadap sebuah perubahan, mengapa? Karena harus ada
usaha untuk dapat melakukannya, ada sebuah keadaan yang mendorong, memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan biasanya.
Tetapi
pandemic ini, memaksa kita, mendorong kita untuk mau tidak mau, suka tidak suka
untuk menerima kenyataan bahwa kita harus berubah. Tidak tanggung-tanggung,
berubah secara cepat, drastis, tanpa ancang-ancang, tanpa memberi kesempatan
kepada kita untuk berpikir. Pilihannya hanya 2 (dua) survive (bertahan) dengan menuruti arahan dari pemerintah yang
sudah mati-matian berpikir keras untuk kebaikan kita bersama atau hancur,
dengan cara mengabaikan semua aturan, arahan, kemudian kesal, marah, tidak
senang, yang kemudian merembet pada kesehatan (psikosomatik) yang akhirnya, Bye… bye… Tidak ada pilihan lagi.
Marah-marah? Silahkan marah-marah, ini adalah masalah kita bersama, mau marah
sama siapa?
Saat
ini, setelah kondisi 3 (tiga) bulan lockdown,
vacuum, atau apapun namanya kita mulai harus menyadari, bahwa kita harus
mampu memulai lagi segalanya dengan yang baru. Pemerintah mengatakan bahwa
kondisi saat ini adalah kondisi NEW NORMAL. Seperti apa itu? Tidak ada yang
dapat mendiskripsikan secara pasti, apa dan bagaimana itu kondisi NEW NORMAL. Secara
umum saja, dipahami bahwa kondisi NEW NORMAL adalah waktunya kita bangkit lagi,
dari kondisi krisis pandemic (walaupun pandemic belum bisa dikatakan selesai)
tetapi kita harus mulai melakukan sesuatu. Untuk dapat bergerak lagi melakukan
sesuatu pada kondisi NEW NORMAL, maka kita sendiripun harus mempersiapkan diri
kita untuk seakan-akan lahir baru menjadi NEW ME, atau NEW YOU, atau NEW US,
atau apapun namanya.
Ini
yang dikatakan sebagai sebuah perubahan. Kita harus meninggalkan kehidupan lama
“OLD NORMAL” menuju pada “NEW NORMAL”. Mau tidak mau, suka tidak suka.
Pertanyaannya, bagaimana caranya? Semua itu dikembalikan pada diri kita
sendiri. Kita harus mau dan mampu untuk mempersiapkan
diri kita menjadi KITA YANG BARU. Bagaimana caranya?
1.
Kita
harus sungguh menyadari, bahwa saat ini kita sedang berhadapan dengan sesuatu
yang memaksa kita untuk berubah. Kita sedang dihadapkan dengan satu pilihan
bahwa kita harus berubah. Bila kita menyadari bahwa untuk dapat tetap hidup
kita harus berubah, maka kita akan dengan baik melewati masa-masa transisi ini.
2.
Setelah
kita menyadari, bahwa kita harus berubah, maka kita harus bisa menerima. Terima
situasi ini, terima keadaan bahwa kita harus berubah. Melepas segala kemarahan,
kekesalan atas situasi, yang lebih parah lagi adalah kemudian menyalahkan,
merasa diri menjadi korban. Selama kita tidak mampu untuk melepas beban itu,
kembali lagi seperti yang telah dikatakan diatas, pilihannya 2 (dua) survive atau
hancur.
3.
Menyadari,
menerima dan kemudian adalah beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perubahan
yang memang harus terjadi. Tidak mudah? Pasti. Membutuhkan waktu untuk bisa
beradaptasi dengan situasi ini. Tapi tidak apa-apa, lebih baik begitu daripada
menentang, menjalani dengan penuh kekesalan, yang akhirnya hanya menghancurkan
diri sendiri. Bukankan kita hidup untuk menjadi pemenang? Pemenang adalah
mereka yang mampu beradaptasi dengan sebuah proses usaha yang begitu kerasnya.
4.
Melewati
masa adaptasi yang pasti tidak mudah, maka kita akan terbiasa. Terbiasa dengan
kehidupan yang baru, yang harus diyakini sebagai suatu hal yang baik. Terasa
aneh memang, melihat orang dijalan menggunakan masker, tidak bisa dengan
leluasa bernapas, harus menjaga jarak, walaupun dengan keluarga sendiri. Tidak
bisa mengungkapkan ekspresi spontan dengan tersenyum, berjabat tangan, berpelukan,
cipika-cipiki. Tapi itulah yang harus kita hadapi, harus kita terima. Walau
demikian, jalani semua itu, dengan tetap penuh rasa suka cita, karena Tuhan
Allah ada didalam diri kita. Selalu bersama kita dan menjamin keselamatan kita.
Oleh
karenanya, ayo, kita mulai lagi bangun dan berjalan. Kuatkan kaki untuk
melangkah didalam situasi yang baru. Pantang menyerah dan tetap bersemangat,
ketika segalanya menjadi BARU. Pandemic ini boleh membunuh tubuhmu, tetapi
tidak akan pernah mampu membunuh jiwamu. Selamat menjadi NEW YOU, KAMU yang BARU.
Tuhan Allah selalu ada dalam hatimu.
Yogyakarta, 21 Juni
2020
Salam
EM