Biasanya ungkapan cinta selalu dalam bentuk yang indah… daaaan romantic… gimana lah mau kurus kan…? Kalau tanda cinta dipersembahkan dalam bentuk sepiring ARSIK… heeem…. Tapi pasti akan luluh juga… bukan karena arsiknya… tapi karena niat dan kesungguhan yang dipersembahkan melalui proses olahan dengan mandi keringat dan kepulan aroma asap dapur yang aduhai merangsang selera… mosok siiiih sudah begitu tetap berkeras hati…. Ooooh mak… lelakiku ini… pandainyaaa ambil hati… brengseeeeek……!!!!
“Heeem…. Enak sekali aromanya
Leon…” Ibu Wian ternyata sudah berada tepat dibelakang Leon.
“Ini belum matang ibu… belum
empuk dagingnya…” Jawab Leon masih sambil mengaduk masakannya.
“Tapi aromanya sudah merebak
kemana-mana… Ayo Hira… kamu harus mulai belajar masak arsik ini…” Ibu Wian
meneriaki Hira yang justru asik dengan kepulan rokok mentolnya di meja makan.
“Heeem… iya bu… biar
sekarang abang dulu yang masak ya… “ jawab Hira sekenanya pada Ibu Wian
ibundanya. Hatinya masih kesal dengan Leon. Sok mau ambil hati ibunya. Ibu mana
tahu alasannya… mengapa laki-laki itu harus menyingsingkan lengan baju untuk
memasak… dia kan lagi mau ambil hati aku… biar ajaaaaaaa…. Aku gak mau bantu…. Heeeeem…..
“Waaaah… keterlaluan kamu
aaah…. “ Ibu Wian menepuk pundak Hira.
“Gak apa-apa ibu… Ibu, mbak Cathy
dan Hira duduk saja manis-manis… tinggal menikmati… tidak usah repot-repot bu…
kasian Hira nanti berkeringat dan bau asap….”Kata Leon masih sambil memegang
sodet masakanannya.
“Heeem…. Mulai…rayuan gombal
amoooh…. Males bener dengernya…” kata Hira dalam hati.
“Hooooi Leon… sudah belum…
lama sekali kamu masak… ini kalau buka warung, sudah kabur semua tamunya… “
Teriak Cathy dari ruang tamu.
“Belum mbak… belum empuk ini
dagingnya….” Jawab Leon
“Aaaaah… sudah sampai
tertidur aku nunggunya… besok warungmu mau kukasih nama WARUNG SABAR MENANTI…
aaaah… abis lambret banget masaknya….” Kata Cathy sambil tetap terus
melanjutkan tidunya disofa ruang tamu.
“Naaaah… sudah selesai…
dekku…maem kita yuk sayang…” Leon kemudian memeluk Hira, saat selesai ia
mencuci tangannya.
“Abang aja maem duluan… adek
masih kenyang….”
“Jangan merajuk terus lah
dek… mari sini… maem sama abang…” Leon mengambil sepiring nasi, disendoknya
daging arsik dan diletakkannya dipiring.
“Dicoba dulu ini dek masakan
abang…” Katanya sambil menyuapkan nasi dan daging kearah mulut Hira.
“Heeeem…” Hira mengatupkan
bibirnya sambil menggelengkan kepala.
“Ayolah dek… jangan merajuk
begitu… cobalah dulu… satu ini saja dulu…” Katanya dengan wajah antusias
menyuapi Hira.
Hira memandangi wajah
lelakinya… aaaah… menyebalkan sebenarnya laki-laki ini… tapi aku mencintainya…
sekarang dia dengan peluh yang masih mengalir dikening, sudah pula siap untuk
menyuapinya hasil masakannya… Arsik… Luluh juga Hira… ia membuka mulutnya
perlahan…
“Aaaah gitu dong sayangku…. Abang
sayang adekku… maafin abang ya sayang… abang bikin adek kesel… abang bikin adek
marah… abang bikin adek emosi… sepiring Arsik ini adalah permintaan maaf abang
pada adek ya… abang mencintai adek selamanya… adek milik abang… salelengna…” sambil
kemudian Leon mengecup kening Hira….
“Aaaaah abang Leon… manalah
ada hati yang tak luluh mendengar lembutnya suaramu… Pendar sirat sinar matamu…
itu yang membuatku jatuh cinta selalu padamu… Akupun mencintaimu… abangpun
milik adek… salelengna…” Kata Hira dalam hati… Tetep dalam hati… gengsiiii
doooong kalau sampai Leon dengar… besarlah kepalanya nanti….
Sepiring Arsik… tanda cinta…
salelengna….
Mampang, 10 Agustus 2013
09:52
No comments:
Post a Comment