03 September 2013

Alfa dan Omega

Pada suatu pagi, seorang kawan mengirimkan sebuah pesan singkat untukku. Meminta waktuku untuk mendengarkan ceritanya. Aaaah … seorang sahabat yang takkan mungkin kutolak permintaannya.

Dia bercerita dengan penuh keceriaan dan kerenyahan atas kebahagiaan yang sedang dialaminya. Aku sangat senang atas apa yang diceritakannya padaku… Aaah semesta, betapa senangnya aku mendengar cerita hidup yang membuatnya begitu hidup…

Kawanku ini seorang perempuan yang menurutku cukup menarik… aku sangat tahu begitu banyak laki-laki yang mengejarnya, berminat meminangnya… namun dia tidak pernah mengatakan padaku bahwa dia sedang jatuh cinta…. Dia selalu mengatakan padaku… “Hira, gue lagi deket sama si anu…” atau “Hira gue lagi jalan sama si itu…” atau juga “Hira, kemarin si itu tu… ngasih gue jam tangan rolex asli…” dan kata-kata pengumuman lainnya… tapi aku belum pernah mendengar dia mengatakan… “Hira gue jatuh cinta…” naaah itu yang belum pernah sekalipun kudengar selama aku menjadi sahabatnya. Karena, aku ingat betul kata-katanya pada suatu hari dikantin dulu… dulu sekali… dia mengatakan bahwa “Mungkin gue bisa aja sih Hir, seneng sama orang… tapi kalau disuruh jatuh cinta… enggak deh ya… buat gue… cinta itu bo’ong… cinta itu taiiiik…” Waduuuh… cilaka…

Pagi ini subuh-subuh, saat masjid sebelah rumahku masih mengumandangkan alunan doa yang indah… sebelum adzan subuh terdengar, selularku sudah berdering-dering beberapa kali.... 
"Hiiiiih... kok gak diangkat sih telpon gue..."
"Nah elo jam segini udah teriak-teriak... ini masih jam orang enak tidur tauuuu... tunggu sabar ngapa... agak entaran kek..." Jawabku.
“Hira… gue jatuh cinta… loe gak perlu tau siapa orangnya… tapi semua hidup ini akan kuserahkan untuknya… salelengna…”.
Widiiiiiih…. Sejak kapan dia bisa bahasa batak? Saat itu kukira aku sedang bermimpi… maka segera aku mencubit sendiri tanganku untuk memastikan apakah aku masih di frekwensi Delta … atau sudah di frekwensi Beta… saat kesadaran penuh sudah berkumpul. Aaaaah sakit… hahahaha… ternyata ya aku sudah sadar… Baiklah…. Berarti aku tidak sedang bermimpi saat sahabatku itu mengatakan bahwa dia jatuh cinta.
Kalimatnya… “…tapi semua hidup ini akan kuserahkan untuknya… salelengna” nya itu yang mengusik pikiranku. Naluri penelitiku muncul dan kutanyakan lagi padanya … “Yakin loe… bakalan sama dia seumur hidup?”.
Jawabnya dengan sebuah tekanan suara yang mantap dahsyat, dia mengatakan…”Gue yakin seyakin-yakinnya…”.
Tanyaku lagi…”Apa yang bikin loe begitu yakin…?”.
Kudengar dia menghela napas panjang saat kutanyakan pertanyaan itu.
Aku bertanya lagi… “Gini… ini masalah seumur hidup, dear… dan setau gue… selama gue jadi temen loe, gue gak pernah denger loe seyakin ini… karena gue tau elo… elo adalah orang yang gak bisa terikat, loe adalah orang yang selalu ingin merasa bebas, loe adalah orang yang selalu semau loe sendiri… loe yakin bahwa loe bisa seumur hidup sama dia? Dengan segala ketidak bisa diaturnya elo itu…? Loe rela kemerdekaan loe tersita oleh orang itu? Kan elo pernah bilang ama gue... Hir, gue tuh ya, gak mau kalau kemerdekaan gue tersita hanya buat seorang laki-laki... gak akaaaan.... Jadi pertanyaan mendasar gue adalah… loe sadar kan atas kalimat loe itu? Gak main-main lho ini… semesta akan set up semua seperti yang loe bilang lho… loe pernah bilang sama gue bahwa cinta itu bo’ong… cinta itu taik… trus gimana itu penjelasan loe? Trus pertanyaan gue berikutnya….”
Kawanku itu langsung memotong… “Stop… satu-satu gue jawab… Hira… loe adalah orang pertama yang gue kabari ini. Gue dengan penuh kesadaran mengatakan bahwa ternyata cinta itu ada… cinta itu menghampiri gue… selama ini memang gue tutup pintu buat cinta… udah gue kunci pintu hati gue buat cinta… tapi ternyata… cinta itu datang lewat jendela…merembes lewat celah kecil yang gue pikir seumur hidup gue bakalan hidup tanpa cinta… ternyata enggak begitu… ternyata begini toh rasanya jatuh cinta… dan  karena itu maka… cinta itu akan gue bawa sampe mati… oke? Clear? Masalah kemerdekaan adalah masalah komitmen… kita berdua… gue sama dia… masalah komunikasi… jadi gue dengan yakin gak akan ada yang tersita… dan sekarang gue bilang sama loe kalau gue siap untuk jatuh cinta…” Alaaaaah maaaak…. Sekarang gantian aku yang menghela napas panjang…
“Trus pertanyaan loe selanjutnya apa tadi…?”
Heeem… ingat juga dia… kalau sudah memotong kalimatku tadi.
“Pertanyaan gue  selanjutnya adalah… laki-laki seperti apa yang sudah bisa bikin loe jadi gila kaya gini?”
“Aaaah… itu bukan pertanyaan… itu kan karena loe kepo aja kaaaaan…? Pengen tau aja atau pengen tau banget? ”
“Jiaaaah… alay abis bahasa loe… Ya iyalaaaah gue pengen tau banget… laki-laki kaya apa sih tuh orang yang bisa bikin seorang elo jadi berubah… dari yang bebas gak bisa diatur kaya gitu… jadi kaya kucing manis kaya begini… eeeeh ini kemajuan apa kemunduran sih?” tanyaku lagi.
“Gak penting kemajuan apa kemunduran... Yang pasti, Hir… gue yakin dia dikirimkan oleh sang Pencipta untuk gue… gak tau kena berapa pasal ini gue bisa jatuh cinta sama dia… buat gue, dia yang sudah membawa kebahagian dan kepenuhan dalam hidup gue… gue gak hanya jatuh cinta Hira… gue surrender… menyerah… gue menyerahkan hidup gue…ke dia. Dengan penuh kesadaran gue bilang sama elo... dia itu Afa dan Omega buat gue... yang pertama dan terakhir...”
Jiiiiiaaaah  .... Astagaaaaaa…. aku menggelengkan kepala... Sooook taaaau abeeeezzz .... pake istilah Alfa dan Omega... kaya tau aja artinya apa... sotooooy....
“Sekali lagi gue tanya… siapa dia?” Tanyaku.
“Heeeeem.... Dia adalah pemilik pendar sirat mata yang hanya tertuju buat gue… sekarang dan selama-lamanya…”
“Amiiiiiin…” jawabku segera.
“Dia adalah sosok seorang laki-laki yang selalu ada dalam impian gue… dia adalah laki-laki pertama dan terakhir yang membuat gue sadar bahwa hidup itu penuh makna dan penuh cinta.... dan dia laki-laki pertama yang membuatku berani menyatakan I DO...  dengan penuh kesadaran tanpa tekanan... ”
“Amiiiin… matiiiii kitaaaaaaa.....” jawabku lagi.
“Dia adalah orang yang akan berjalan bersamaku… seumur hidupku…”
Aku sudah tidak punya rangkaian kata-kata lagi. Bagiku cukup sudah… Semesta telah bergejolak bergetar… memenuhi semua keinginannya… Ya Allah yang Maha Kasih… tiba-tiba aku berdoa… semua seturut KehendakMU…

Tak lama setelah pembicaraan ditelpon usai, terdengar suara tanda masuknya sebuah pesan singkat di selularku…

“Sebuah pemenuhan janji pada semesta…Untuk berada disisimu selamanya…

Menjadi satu denganmu, dengan segala kesadaran hati…
Menjadi satu denganmu, dengan segala niatan suci…
Menjadi satu denganmu, dengan segala janji untuk selalu berbagi energy…
Menjadi satu denganmu, dalam langkah kini hingga nanti jiwa kembali…”

Aaaah…. Airmataku mulai mengalir… Bahagia…



Kenangan 30 Agustus 2013

Mampang, 03 September 2013

No comments: