04 October 2008

Mengenang seorang MOERDOPO 3


15 Tahun kemudian, kujawab tulisan mas Wahyu Wibowo dengan goresan penaku, dalam sebuah acara peringatan kepergiannya....
Kubayangkan bagaimana rasa ibuku dalam usia rentanya, seorang diri bersama kami garuda-garuda buah cintanya....
"GARUDA TUAKU.......
Lereng gunung itu masih tetap pekat dan dingin.....
Dingin telah menyampaikan rindumu pada GARUDA CINTAMU ....
pekat juga telah menyampaikan rindumu pada GARUDA-GARUDA KECILMU....

KINI......

GARUDA CINTAMU masih disini.... masih tetap mencintaimu tanpa terbagi.....
Lihatlah kami saat ini....... GARUDA-GARUDA KECILMU dulu......
saat ini telah menjadi GARUDA-GARUDA PERKASA....
yang siap untuk terus menjaga GARUDA CINTAMU......
yang siap untuk mulai mengepakkan sayap, terbang tinggi melesat, menggantikan pertempuranmu .....
karena kami selalu.... punya kobaran apimu di dada.....
; kita tetap saling menyinta.....

( EM ; media 2005 )
Bapak dan ibuku....
adalah segalanya untukku.....

Mengenang seorang MOERDOPO 2



Walaupun binatang favoritnya adalah KUDA, namun bapak selalu membahasakan dirinya sebagai seekor GARUDA.....

Lonely Eagle.... itu adalah simbol dirinya......

Oleh karenanya pada saat kepergiannya, mas Wahyu Wibowo menulis serangkai kata, sebagai ucapan selamat jalan baginya.....

"di lereng gunung itu
pada senja berkabut yang pekat dan dingin
sang Garuda tak kuasa lagi mengepakkan sayapnya
tubuhnya lunglai, bola matanya meredup.... diam
“ aku ingin terus terbang....... meneruskan pertempuran..... tapi.....
itu tak mungkin, karena nyanyian pada dewa terdengar...... begitu dekat.
Katakanlah pada dingin..... betapa aku rindukan GARUDA CINTAKU....
Katakanlah pada pekat..... betapa aku rindukan GARUDA-GARUDA KECILKU.....
Aku masih punya kobaran api di dadaku.....
yang ingin kuberikan pada mereka........“
; kita tetap saling menyinta.....

(WW ; media 1990 )

Kenangan akanmu tak akan terhapus oleh waktu....

Mengenang seorang MOERDOPO 1


Pringgondani TAWANGMANGU, di lereng Gunung Lawu...

Tanggal 26 Februari 1990, seorang MOERDOPO terkulai lemah dan menghadap Sang Khalik....






Tepat dilokasi inilah ayahku mangkat, 18 tahun yanga lalu.
Perjalanan hidup bersamanya terhenti dengan begitu tiba-tiba. Tanpa ada pertanda yang aku rasakan.

Semua sirna dengan begitu cepatnya.....

Ditempat ini.... Pringgondani, di Lereng Gunung Lawu