Aku tercengang saat mas Wendo dengan begitu lancar menceritakan kembali bab 7 dari tulisanku PEREMPUAN KEUMALA. Dengan gaya bicaranya yang keras namun lugas beliau mengatakan bahwa aku mampu dengan baik dan detil menggambarkan gejolak suasana hati Keumala. Beberapa kali mas Wendo mengulang kembali menceritakan tentang bagaimana ikan-ikan dan angsa-angsa yang berkejaran di kolam istana.... baginya bagian itu merupakan bagian yang paling menyentuh dan DAHSYAT...!!!
23 August 2008
Apresiasi dari seorang Arswendo Atmowiloto
Aku tercengang saat mas Wendo dengan begitu lancar menceritakan kembali bab 7 dari tulisanku PEREMPUAN KEUMALA. Dengan gaya bicaranya yang keras namun lugas beliau mengatakan bahwa aku mampu dengan baik dan detil menggambarkan gejolak suasana hati Keumala. Beberapa kali mas Wendo mengulang kembali menceritakan tentang bagaimana ikan-ikan dan angsa-angsa yang berkejaran di kolam istana.... baginya bagian itu merupakan bagian yang paling menyentuh dan DAHSYAT...!!!
22 August 2008
Dream Come True
Dua tahun bukan waktu yang pendek... namun juga bukan waktu yang panjang untuk sebuah kesempurnaan....
Semua berpulang kepada pembaca....
Aku sudah terlalu banyak bicara melalui buku ini, oleh karenanya mohon tanggapan dan masukannya untuk memperkaya warna...
Mohon doa restu atas segala daya dan upaya yang telah kulakukan untuk menyumbangkan sedikit warna, bagi NANGGROE tercinta.....
Sekaligus mohon kehadirannya untuk lebih menghidupkan kobaran jiwa yang kini sedang menyala di dalam dada.....
Saleum
Endang Moerdopo
Persembahan untuk NANGRROE tercinta
Ukuran buku : 14 x 20 cm
Jumlah Halaman : 360 halaman
Penerbit : PT. GRAMEDIA WIDIASARANA INDONESIA (GRASINDO)
Harga : Rp. 52,000,-
Peluncuran Buku : Tanggal 27 Agustus 2008, di Toko Buku GRAMEDIA Matraman, Pukul 16 - 18 WIB.
SINOPSIS
Prolog dalam cerita ini menggambarkan pengalaman Hira, seorang pekerja sosial yang sedang bertugas di Nanggroe Aceh Darussalam pasca bencana. Kekagumannya pada pahlawan perempuan Keumalahayati membuatnya ingin menggali lebih jauh siapa sosok perempuan itu. Keprihatinan atas kurangnya penghargaan generasi muda saat ini kepada Laksamana Malahayati, membawanya masuk dalam kehidupan Laksamana perempuan itu.
Cerita dalam buku ini dimulai sejak Keumalahayati masih menjalani pendidikan di tempat belajar militer kerajaan yaitu Mahad Baitul Maqdis. Tempat inilah yang mencetak para perwira tangguh yang memperkuat pertahanan Kerajaan Aceh Darussalam. Di tempat belajar ini pulalah Keumalahayati bertemu dengan Tuanku Mahmuddin Bin Said Al Latief taruna senior yang kemudian menjadi suaminya.
Setelah lulus dari tempat pendidikan militer tersebut, keduanya menikah dan mereka mengabdikan diri menjadi pejabat tinggi kerajaan. Tuanku Mahmuddin Bin Said Al Latief menjadi Panglima Armada Selat Malaka dan Keumalahayati menjadi Komandan Protokol Istana. Kisah sepak terjang keberanian Keumalahayati di kerajaan Darud Donya Darussalam berawal dari kematian suaminya yang tewas dalam pertempuran di teluk Haru. Tak lama setelah kematian suaminya, Keumalahayati harus lagi mengalami cobaan yang disebabkan oleh penculikan putri tunggal tercintanya yang dilakukan oleh sesama petinggi kerajaan.
Sejalan dengan malapetaka yang terus menerus menderanya, membuat Keumala tak mampu untuk menjalankan tugas dengan baik. Hal ini disebabkan karena kekacauan yang terjadi di tanah nanggroe, baik dari luar kerajaan, antara lain karena para orang kaya yang bersekutu dengan Portugis pendatang yang hanya mencari keuntungan diri sendiri, maupun dari dalam lingkungan kerajaan, yaitu rencana kudeta yang akan dilakukan oleh Sultan Muda, putra Baginda Sultan sendiri.
Pada masa-masa kesedihannya inilah yang membuat Keumala seakan menjadi putus asa, dan situasi ini dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki kepentingan untuk melenyapkan Keumala. Mereka mengirimkan mantera Tapak Tuan (mantera yang membuat orang menjadi tak berdaya) agar Keumala dipecat dari Kerajaan. Namun Keumala adalah seorang yang kuat, baik secara fisik maupun keimanan, maka dengan segera mantera yang sempat mempengaruhinya tersebut hilang dan Keumala menyadari keadaan negerinya yang semakin kacau dan carut marut.
Berangkat dari rasa tanggung jawab dan rasa kehilangan inilah yang memacunya untuk bangkit berdiri membela negeri sekaligus membela kebenaran, dengan membentuk ARMADA INONG BALEE (Armada janda) yang semuanya terdiri dari kaum perempuan yang telah menjadi janda, karena suami-suami mereka tewas dalam pertempuran di teluk Haru, yang juga menewaskan suami Keumalahayati. Selama memimpin Armada Inong Balee, Keumalahayati telah mampu unjuk gigi dengan melenyapkan siapa saja yang berani melawan daulat (perintah) Baginda Sultan. Seluk beluk kehidupan kekacauan yang disebabkan oleh intrik-intrik yang terjadi di Kerajaan Aceh Darussalam justru semakin membuat Laksamana Keumalahayati menjadi sosok manusia yang tegar, tangguh dan seakan tanpa hati. Sementara jauh dibalik semua itu, ia tetaplah seorang manusia biasa, perempuan biasa, yang juga memiliki kasih, memiliki cinta dan memiliki naluri seorang ibu. Cerita dalam novel ini ditutup dengan perkelahian sengit antara Laksamana Keumalahayati dengan pendatang Belanda pertama di Nusantara yaitu Cornelis De Houtman dengan kemenangan berada di pihak Laksamana Keumalahayati. Ia berhasil membunuhnya melalui pertempuran satu lawan satu diatas geladak kapal.
Dalam Epilog digambarkan keprihatinan Laksamana Malahayati terhadap Nanggroe Aceh Darussalam yang saat ini seakan telah porak poranda, sejak konflik hingga bencana besar gempa bumi dan tsunami yang telah membuat sendi-sendi kehidupan seakan luluh rantak. Melalui titian waktu sosok Laksamana Keumalahayati ingin meneriakkan semangat perjuangan kepada seluruh manusia yang seakan tertidur dalam tenang, sementara kehidupan tetap harus diperjuangkan.
14 August 2008
Mereguk Restu "IBU" ; 3
Mereguk Restu "IBU" ; 2
Kuucapkan salam saat aku membuka pintu gerbang makam.
Kulihat makam penuh dengan debu...
Dengan niatan hati yang tulus, segera ku sapu debu dan daun-daun kering diseputar nisan. Kubasuh nisan dan batu dengan air yang memang sudah kusiapkan....
Dalam hati aku menyebut nama ALLAH ribuan kali banyaknya, serta melantunkan doa untuk ketenangan dan ketentraman hati Ibu. Sambil terus mengusir debu yang menebal di tanah makam.
"Ibu... kulantunkan doa untukmu...."
Mereguk Restu "IBU" ; 1
05 August 2008
PEREMPUAN KEUMALA ; Sebuah Master Piece
Untuk menghasilkan sebuah karya seperti PEREMPUAN KEUMALA ini, aku dengan rela menghabiskan waktu selama 2 tahun. Entah mengapa, aku begitu sayang dengan karyaku ini. Semakin sempurna kebahagiaanku, saat dengan tegas mas Bimo dari PT. GRASINDO menyambut karyaku ini.
Mungkin bagi orang lain, hal ini adalah biasa... Tapi bagiku ini adalah luar biasa. Jelas mungkin saja pada saat peluncurannya nanti akan banyak friksi yang terjadi. Bisa jadi karena aku bukan orang Aceh... tapi seakan sok tau menulis tentang seorang Inong Aceh. Juga dengan karakteristik masyarakat Aceh. Tapi aku maju terus, karena aku merasa yakin bahwa "Pesan" ini harus tersampaikan. Siapapun pembawa pesan.... tidaklah menjadi penting, ketika pesan itu sendiri bertujuan sebagai sebuah kebangunan dan kesadaran akan sebuah pilihan (seperti komentar mas Arswendo Atmowiloto dalam bukuku nanti). Bila aku cemas dan ragu untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelah peluncuran nanti, tentu tulisan ini tidak akan pernah kuselesaikan. Akan segera kututup rapi dan aku akan segera beralih mencari topik "Yang Ringan dan Yang Lucu" saja.
Tapi itu semua adalah ANUGRAH bagiku, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk dapat ber"silaturahmi" dengan sosok sang Laksamana....
Oleh karenanya kubagikan pengalaman Silaturahmi ku dengan sang Laksamana kebanggaanku pada pembaca semua....
Alhamdulillah, sampai saat ini semua berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karenanya, penting bagiku untuk kembali ke tanah NANGGROE untuk membasahi makamnya dengan doa dan dengan air segar yang memang sengaja kubawa dari Jakarta. Oooh.. Mak... pasti ini dianggap musrik pula !!!!
Tidak, ini bukan musrik. Ini adalah sebuah tanda kasih. Kasih yang tak akan terputus .... antara diriku; seorang EM kepada idolanya... LAKSAMANA KEUMALAHAYATI.....
Saleum
EM