19 September 2008

Sebuah perjalanan dalam lorong kepenulisan

Seperti yang dikatakan seorang kawan dari Banda Aceh, bahwa dia tidak menyangka bahwa tulisan yang pernah kusodorkan padanya pada suatu hari, kini telah menjadi sebuah buku. Komentarnya singkat namun bagiku, ungkapan itu adalah ungkapan yang sangat objetif dan spontan dari seorang kawan yang baru kukenal di tanah Aceh. "Akhirnya, jadi juga barang itu.Saat saya baca prolog dulu, sempat terpikir bahwa tulisan itu bukan garapan serius.Cuma mencoba menghilangkan rasa suntuk di wilayah yg sdg "sakit"." Kurasa wajar saja dia berkomentar itu, karena memang dia mengenalku bukan sebagai seorang penulis atau paling tidak gemar menulis.

Jangankan dia, aku sendiri pun tidak menyangka bahwa akhirnya aku memasuki sebuah koridor baru dalam dunia tulis menulis, yang sebenarnya dari dulu sudah kulakukan.

apa yang terjadi dulu???

Sejak SD, aku memang sudah sering mencorat-coret kertas dengan cerita-cerita pendek yang kemudian kertas itu hilang, terbang tertiup angin tanpa sempat kuselesaikan. Mengapa begitu? aku pun tidak tahu secara pasti, apakah karena terlalu liarnya imaginasi, sehingga otakku yang kecil ini tidak sanggup menampung ribuan hal indah yang sebenarnya dapat kuungkapkan dalam sebuah rangkaian kata. Atau karena "keset" (malas;dalam bahasa jawa) yang sering diteriakkan ibuku, untuk menulis. Atau juga karena pada saat itu, banyak hal yang lebih menarik untuk kulakukan, sehingga imajinasi dan kreatifitasku untuk merangkai kata menjadi mendua.

Tapi ternyata tidak ada kata terlambat !!!!

Setelah melalui perjalanan panjang kehidupan dalam kurun waktu yang tidak singkat. Juga dengan berjuta pengalaman hidup yang beraneka warna yang juga sempat kujalani, kualami dan mungkin juga kunikmati.... ditanah seberang yang tidak pernah kuduga pula yaitu Aceh... aku mulai menangkap kata-kata yang tadinya hanya terbang-terbang disekelilingku, mengumpulkannya dan kemudian merangkainya dalam sebuah karya yang kemudian bisa bermakna dalam hidupku.

Kini, namaku sebagai seorang penulis sudah mulai muncul... paling tidak di toko buku Gramedia, sebaris namaku sudah mulai terbaca orang. Baik yang sengaja mencari, sengaja melihat, atau tidak sengaja, atau sambil lalu, atau terbaca tapi tidak sangkut di pikiran, karena memang bukan bukuku yang dituju. Tidak apa-apa.... ini sebuah rintisan baru dalam sejarah hidup diusiaku ke 40 tahun.... Tidak muda lagi.... Kadang menyesal juga kenapa baru diusiaku tepat 40 tahun, baru jadi barang itu....

Kembali kukatakan ... Tidak ada kata terlambat... !!!

Saat bukuku sedang dalam proses penerbitan, ada rasa gamang juga dalam diriku.... apakah buku ini dapat diterima oleh calon pembacaku nanti? Bagus atau tidak? menarik atau sampah? Pergumulan hebat telah terjadi padaku saat itu. Mungkin itu wajar, karena ini adalah tulisan pertamaku yang akan diterbitkan oleh sebuah kelompok penerbitan yang di labelkan "bergengsi" yaitu GRASINDO. Banyak juga yang mengomentari kehebatanku, bahwa tulisanku bisa diterima oleh kelompok penerbitan GRAMEDIA. Memang sudah rejekiku.... seperti kata orang tua-tua dan sampai saat ini masih menjadi pegangan.... "Rejeki nggak kemana..."

Saat ini bukuku sudah mulai beredar, dan bagiku sangat mengharukan karena kegamangan yang terjadi sebelum buku itu terbit sirna. Mengapa? karena sebagian besar pembaca memberikan tanggapan yang luar biasa..... Positif dan sangat membangun.... Hingga pada suatu malam, kubolak-balik lagi lembar demi lembar tulisanku.... PEREMPUAN KEUMALA.... hingga akhirnya tersadar olehku buku itu tetap dalam dekapanku hingga pagi menjelang.... "Ya Tuhan... terima kasih banyak".

Mudah-mudahan bukuku ini, dapat mem"virus"i para calon pembaca untuk menjadi pembaca, untuk kemudian dapat memaknai tulisanku sebagai sebuah tambahan warna dalam kehidupan pembacaku.... itu sungguh harapanku.

Bukan waktunya lagi aku untuk berdiam diri, karena aku harus mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk karyaku berikutnya... Identitas baru, baru saja tersemat dipundakku. Oleh karenanya aku harus semakin banyak membekali diri, agar semakin mantab kiranya langkahku melaju.

Seperti kata Adi, seorang sobatku "mbak, loe dah buka pintu. Sekarang waktunya untuk mulai menapaki sebuah lorong baru yaitu lorong kepenulisan...."

Salam
Endang Moerdopo

No comments: