18 August 2010
Surat untukmu 1
“ Pa…
Singapura saat ini sudah banyak berubah dari terakhir kunjungan kita…
Banyak bangunan baru lho, pa…
Rasanya baru kemarin kita bertahun baruan disini bersama…
Dan menjadi hal yang aneh rasanya menjejakkan kaki disini, karena kunjungan terakhirku ke tanah temasek ini adalah bersamamu… bergidik kudukku menyadari itu…
Pa,
Memang bukan kali pertama aku kesini, tapi dalam berkali-kali kunjungan itu, yang terakhir adalah bersamamu dan itu memang pula akan kunjungan pertama dan terakhir bagi kita …. Agak berlibet ya pa, aku menyampaikannya… tapi mudah-mudahan kau mengerti maksudku itu…
Pa,
Saat ini aku ada di bandara, menunggu pesawat yang akan membawaku kembali ketanah air. Kuingat waktu itu, aku makan bebek panggang dengan Uli dan kau menghampiri, setelah kau habiskan nasi goreng basi yang kita beli semalam sebelumnya. Padahal kalau kau mau, akupun sudah menawarkanmu untuk ikut makan bersama kami… Pertimbangan yang dahsyat… -three dollar… tidak lebih… aaahhhh-
Pa,
Banyak derita yang saat ini kurubah menjadi suka cita, pa… karena kalau tidak begitu tentu akan memberatkan langkahmu.
Pa,
Perjalanan kita yang kala itu sangatlah jauh dari sempurna, menjadi indah rasanya…. Ketika saat ini aku harus sendiri…
Pa,
Ketika tulisan ini kutulis, aku sedang sendiri, menyulut rokok di teras bandara Changi yang dulu kita lakukan bersama… Walau tanpa saling berkata-kata, yang ada hanya diam…. –tepatnya sebal dan kesal dihatiku… entah aku tak tahu apa yang ada di kepala dan hatimu-…. Namun saat ini semua menjadi terasa begitu sepi…
Pa,
Kamu baik-baik ya …
Aku selalu berdoa untukmu, agar ringanlah langkahmu.
Dampingi aku dan Uli ya pa…
Aku yakin… Jauh didasar hatimu… selalu ada cinta untukku…”
Changi, 17 Agustus 2010
14:27 Local Time
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment