“Ibu, hari ini aku sangat bersyukur
karena aku sudah bisa melihatmu tampak begitu sehat, walaupun hanya melalui
video call app whatsapp. Gak apa-apa… itu sudah lebih dari cukup buatku. Kenapa
aku begitu girang, bu? Karena aku sempat cemaskanmu saat kemarin hanya bisa
mengikuti perjalanan kesehatanmu dari group The
Dopies (anak-anak Moerdopo). Allah sungguh Maha Baik, ibu nampak sehat,
suaranya sudah tidak lemah lagi, wajahnya sudah segar, dan sudah mulai bisa
pidato lagi…. VINCERO…”
Sudah hampir
2 tahun ini ibuku harus menjalani Hemodialisa - HD (cuci darah) seminggu sekali.
Aku sangat paham, bahwa untuk menjalani proses itu tidak mudah bagi ibu yang
saat ini sudah memasuki usia yang ke 83. Bersyukur bahwa sampai saat ini aku
masih bisa bersama ibu, walaupun aku tidak selalu bisa bersamanya. Sejak ibu
menjalani HD dan aku harus berada diluar kota juga bukan hal yang mudah bagiku.
Walaupun aku tahu ibuku sangat kuat, tetapi hari demi hari tetap ada rasa cemas
dihatiku.
Menjadi
semakin cemas, saat mendapat kabar bahwa ibu sudah beberapa waktu belakangan
demam. Panasnya naik, turun, disertai batuk dan sesak. Saat ini ibu selain
mengalami gagal ginjal juga mengalami infeksi paru-paru, dan harus dirawat
dirumah sakit. Biasanya aku akan segera terbang pulang untuk menemaninya di
Rumah Sakit. Tapi situasi saat ini, karena krisis COVID 19 ini, aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Dan akhirnya, aku hanya bisa mendapat kabar kesehatan ibu dari
mbak Yayik yang selalu menemani ibu.
Luar biasa kecemasanku ketika mbik meminta
ijin pada kami semua untuk menandatangani surat pernyataan keluarga bahwa ibu
harus diisolasi dengan protap menanganan COVID. Sementara diruang isolasi tidak
ada fasilitas untuk HD. Sehingga ibu harus tertunda HD selama 1 minggu. Penundaan
HD beresiko tinggi pada pasien gagal ginjal seperti ibuku. Dengan adanya
penundaan itu, maka bisa saja terjadi sesuatu yang menyebabkan ibu harus
dirawat di ICU. Dengan segala resikonya tentu saja.
Bisa
dibayangkan aku ditempat yang jauh, hanya bisa berjalan mondar-mandir di kamar
8 ini dengan kecemasan yang luar biasa. Ibu harus menjalani rapid test swab
untuk memastikan positif atau negativenya sang virus. Terbayang di pikiranku,
ibuku sendirian diruang isolasi, dengan usianya yang sudah sulit untuk
berjalan, bergerak… (biasanya selalu dibantu mbak Siti dalam kegiatan ibu
sehari-hari). Aku hanya bisa tercenung, sulit bagiku untuk bisa lelap tidur,
karena dalam hati kecilku aku mencemaskan ibu. Bersyukur bahwa hasil test ibu
ternyata NEGATIVE… Allah Maha Baik. Pada hari itu juga ibuku keluar dari ruang
isolasi, pindah ke ruang perawatan biasa, walaupun masih dalam kondisi isolasi.
Tapi yang paling melegakanku adalah ibu sudah bisa menjalani proses HD kembali.
Aaah lega rasanya…
Ibu membuktikan
sebuah kekuatan CINTA yang dahsyat. Ibu bertahan demi kami anak-anak, cucu-cucu
dan cicit-cicitnya. Besok ibu akan pulang kembali kerumah. NO COVID. Ibuku,
luar biasa… I Love You, Ibu… VINCERO…!!!!
Note : VINCERO artinya “Aku
akan menang”
Yogyakarta, 170420
Mess Kampus
No comments:
Post a Comment