03 July 2008

Misteri Bunga Melati (3)



Malam ini mas Yudi pulang lebih awal, jam 22 sudah tiba di rumah. Aku sudah rebahan di kamar, ketika kulihat ia masuk dan menghampiriku. Mas Yudi duduk disamping tempat tidur, mengelus lembut rambutku dan mencium lembut keningku. Astaga... ya Allah, apakah aku sudah salah berpikir yang bukan-bukan tentangnya? Aku tersenyum bahagia dan segera membalas kecupannya di bibirku. Kamipun saling berpanggut, bibirnya hangat mengisi seluruh relung jiwaku. Tak dapat kubendung lagi segala hasrat dalam diriku untuk dapat kucurahkan malam itu. Kupeluk mas Yudi erat, seerat pelukannya padaku. Bisiknya perlahan "I Love you, Honey...". Segera kubalas bisikannya dengan penuh keyakinan, "I Love you, too mas..." Kamipun segera berlayar ketengah samudra yang penuh gulung gemulung gelombang asmara. Bunga melati? Saat itu tak terlintas sama sekali. Yang ada hanyalah hasrat yang semakin meninggi dan ingin segera terpuasi.... Kami berlayar jauh... jauh sekali... aku dan mas Yudi....
Peluh masih tersisa basah di tempat tidur. Seprei acak-acakan seakan menjadi penari latar pertunjukan kami malam itu. Tanpa selembar benangpun di tubuh, ia mulai menyalakan rokok kreteknya dan merengkuhku dalam pelukannya, setelah kami berdua sudah tiba lagi dipantai kehidupan nyata. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam. Saat itu aku memandangi wajahnya, sungguh aku mencintainya. Suami pendamping hidup yang telah dikirimkan Allah bagiku. Otakku tiba-tiba nakal, mendorong dan mendesakku untuk memecahkan gumpalan pertanyaan tentang bunga melati yang selama ini menggangguku. Tapi tiba-tiba saja, aku urung melakukannya. Aku tak ingin merusak suasana indah malam ini. Biarlah malam ini tetap dengan keindahannya. Aku tak ingin mengoyaknya dengan pertanyaan-pertanyaanku seputar bunga melati. "Mas..." tanyaku perlahan. "Ya, sayang..." jawabnya tenang. "Mas masih sayang padaku?" Ia menoleh lembut, mengernyitkan dahi. Kemudian ia meletakkan rokoknya diasbak dan mengepit kedua pipiku dengan tangannya. "Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu, Tresnaningtyas, istriku tercinta. Sampai kapanpun. Believe me, I belongs to you and you belongs to me". Jiwaku seakan terbang... hatiku melonjak girang.... Bunga Melati? Tak kuingat lagi.... yang kutahu, aku segera tertidur dipelukannya yang hangat, hingga alunan adzan subuh memanggil kami untuk segera berdoa.... Terima kasih banyak ya Allah... sungguh kau telah mengirimkan seorang pendamping yang begitu sempurna dalam hidupku. Tapi melati-melati itu??? Masyaallah... sebenarnya tetap mengusik hatiku.... Aku tetap harus mencari tahu.... Maafkan aku....
(Bersambung)

02 July 2008

Misteri Bunga Melati (2)



Akhirnya, aku menjadi punya kebiasaan baru sebelum memasukkan pakaian kotor mas Yudi ke dalam mesin. Selalu kurogoh dulu sakunya. Bukan untuk mencari kertas-kertas catatan reportase atau sekedar bon yang suka dengan "slordeg" ditumpuk begitu saja di saku, baik kemeja maupun celana panjang. Itulah suamiku. Sudah kujelaskan sebelumnya bukan? bahwa ia adalah orang yang jujur dan apa adanya. Selama ini ia telah membuktikan bahwa tidak pernah selembar kertas pun yang kutemukan membuatku curiga. Pagi ini kutemukan 4 kuntum bunga melati, masih putih, masih harum. Kemarin juga 4 kuntum. Kemarinnya lagi agak banyak, entah 8 entah juga 9. Tanyaku dalam hati, mungkin saat ini sedang tidak banyak berbunga. Tapi heran juga, sudah sebulan ini, tidak pernah tidak selalu ada melati itu disakunya. Berarti subur sekali tanaman itu? Subhanallah.... Tentu harum sekali aroma disekelilingnya. Dengan 4 kuntum saja, kemeja suamiku menjadi tetap harum, padahal sudah dipakai seharian penuh. Ah... mengapa aku jadi parno sendiri begini? Sementara mas Yudi tidak mempertanyakan lagi kemana bangkai-bangkai kuntum melati itu kubuang. Ia seakan tidak peduli sama sekali.
Semakin hari gumpalan rasa ingin tahuku semakin besar. Aku sungguh ingin tahu sumber kuntum-kuntum melati itu. Kuputuskan untuk mencari tahu, apa yang sedang terjadi pada mas Yudi, suami tercintaku. Aku memarkir mobilku agak jauh dari kantornya, dan kuamati sekeliling kantornya. Kupicingkan mata untuk mencari, apakah ada tanaman melati disana.... huuh aku menghela napas... tak ada. Aku mengernyitkan dahiku sambil meletakkan kepalakau disandaran kursi. Gila... kenapa aku jadi parno begini? Aku seperti sedang menjadi seorang detektif dalam film-film. Aaah... kenapa rupanya? Aku juga seorang wartawati. Tentu naluri investigasikupun telah mengusik ketenangan hatiku, dengan hadirnya melati-melati itu. Sambil masih menerawang menatap bangunan kantor mas Yudi, terdengar alunan lagu keroncong dari radio mobilku... "Cemburuku... karena cinta.... Cemburuku karena sayang... ku tak ingin walau hanya sekejap, siapa jua menyentuhmu...."Begitu tarikan suara Lucy Koes Endang (penyanyi jadul, adik dari Hetty Koes Endang). Kujawab "Bener banget mbak Lucy, aku tak ingin siapapun menyentuh mas Yudi... mas Yudi adalah milikku selama-lamanya..." desisku. Naaah betul kan aku jadi parno. Mungkin Lucy sendiri sudah tidak ingat bahwa ia pernah menyanyikan lagu itu. Keroncong pula... sejak kapan aku concern dengan keroncong?.... Astaga...
Tiba-tiba sekitar pukul 16, mas Yudi nampak bergegas memasuki mobil sambil membawa laptopnya dan segera melaju. Waduuh... kemana dia? akupun segera mengikutinya dari belakang dengan jarak aman. Ingat? aku juga seorang wartawati, oleh karenanya seluk beluk investigasipun aku paham. Mas Yudi melaju kearah Cikini dan berbelok ke kiri, memasuki kawasan Taman Ismail Marzuki. Sebelum mengikutinya masuk kawasan TIM, aku menyapu pandanganku ke poster-poster yang terpampang disana... Apakah mas Yudi ada liputan budaya? Atau sekedar mau nonton film? Sambil kulayangkan pandanganku ke poster film. Entahlah aku belum tahu jawabannya. Ini sedang dicari jawabannya bukan? Begitu memasuki kawasan TIM, pertama kali yang kulakukan adalah mencari tanaman melati. Siapa tahu saja disana ada bunga melati. Aku sungguh ingin melihat, proses ketika mas Yudi memasukkan kuntum-kuntum bunga melati itu kedalam sakunya. Itu saja... !!!
Mas Yudi memarkir mobil paralel di depan deretan warung-warung disisi sebelah kiri, bila kita memasuki kawasan TIM. Ia turun, tanpa menunjukkan wajah curiga ada orang yang membuntuti... Ia duduk disudut sebuah warung seorang diri. Seperti biasa, ia melepas kacamatanya dan mulai menyalakan rokok kreteknya. Ritual itu yang kusuka darinya... Tidaklah aku salah pilih rupanya. Sungguh ia telah membuatku tergila-gila, hingga aku rela mati untuknya.
Tak berapa lama, datanglah seorang laki-laki berbadan gemuk mengenakan topi ala almarhum pak Tino Sidin (pelukis anak-anak yang selalu mengatakan "BAGUS" itu). Mereka duduk berdua, berbincang panjang, bercanda sambil menikmati pesanan kopi mereka. Siapa laki-laki itu? yang telah membuat suamiku betah duduk berjam-jam disudut warung yang panas dan berdebu. Tak terasa sudah 2 jam aku mengamati mereka, hingga akhirnya ku dengar suara merdu panggilan untuk segera menaikkan sholat Magrib. Lalu dari mana datangnya melati-melati itu? Jelas disini tidak ada tanaman melati, hingga aku dapat mengatakan bahwa melati itu bukan dari tempat ini. Aku sungguh ingin melihat bagaimana kuntum-kuntum putih mungil itu masuk kedalam saku kemeja suamiku? Mas Yudi memetiknya sendiri, atau ada seseorang yang memberikan adanya? Lalu siapa orang itu? Haruskah aku melanjutkan investigasiku lagi?
(Bersambung)

Misteri Bunga Melati (1)



Mas Yudi suamiku, pulang larut malam, bahkan pagi sudah menjadi hal yang biasa bagi ku. Aku sudah sangat mengenalnya luar dalam, dan menjadi hal yang wajar mengingat profesinya sebagai seorang wartawan.
Tapi yang membuatku heran adalah, sudah sebulan ini selalu kutemukan bunga melati di saku kemejanya. Masih segar, berarti baru dipetik malam. Sehingga ketika pagi aku memasukkan cucian ke dalam mesin, bunga itu masih terasa harum. Setiap kali aku ingin bertanya padanya aku selalu lupa. karena aku sendiri juga bekerja. Jadi setelah memasukkan cucian ke mesin, lalu aku berangkat ke kantor. Kesibukan kantor membuatku selalu lupa tentang melati itu. Selain itu juga mas Yudi tidak menunjukkan gelagat yang aneh. Dia tetap menunjukkan perhatiannya padaku, tidak pula berubah pada Cici putri kami yang memang sangat dekat dengan ayahnya. Komunikasi kami tetap baik, ia selalu menelponku untuk mengingatkan makan siang, tetap menanyakan keberadaanku saat waktu pulang kantor tiba. Sama sekali tidak ada yang berubah. Ia tetap seorang mas Yudi yang kukenal sejak puluhan tahun lalu. Sikap mas Yudi di tempat tidurpun tidak berubah, ini penting bagiku. Perilakunya tidak semakin hangat untuk sekedar menutup-nutupi atau malah dingin. Tidak sama sekali. Semua berjalan seperti biasa. Ia tetap mencumbuku sebelum kami mengarungi lautan asmara sebelum kami tiba bersama-sama. Juga tidak ada yang berubah pada hari wajibnya ia menafkahi bathinku setiap malam jum'at sesuai sunah Rasul.
(Bersambung)

29 June 2008

BmW Sayang !!!!


Tidak ada yang lebih membahagiakan saat kita mendapatkan sesuatu yang selama ini hanya menjadi sebuah rajutan angan dan tumpukan mimpi.


Seperti seseorang bermimpi mengendarai mobil BMW...

(jangankan memiliki, untuk mengendarainya saja sudah menjadi sebuah mimpi)


Betapa berharganya BMW...!!!


Sebuah Intermeso...
Peace....

PEREMPUAN KEUMALA

Lyric : Geunta Keumala
Arr : Iwan Fals

Ketika semua tangan terpaku di dagu
Ragu untuk memulai segala yang baru
Lirih terdengar suara Ibu
Memanggil jiwa untuk maju….

Dari tanahmu hai Aceh….
Lahir perempuan PERKASA
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima, Laksamana Jaya
Memanggil untuk kembali berjuang

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya, berjiwa baja
Laksamana MALAHAYATI,
Perempuan Kesatria Negeri…

Tinggal kubur kini hening sepi menanti
Langkah-langkah baru tunas pengganti
Hai INONG NANGGROE !!!!
Bangkitlah berdiri
Ditanganmu kini jiwa aneuk negri....

Dinyanyikan dalam :

Konser “HIKAYAT RINDU TIGA MAESTRO”
Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya.
Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam
21 April 2007



“Sebuah bukti perjuangan… MORENK ORGANIZER;
Ahmad Mauladi, Terima kasih banyak “

KEUMALAHAYATI : Laksamana Perempuan Pertama di DUNIA


Sejarah menunjukkan, bahwa di ujung barat kepulauan Nusantara terdapatlah sebuah Kerajaan Islam Aceh Darussalam, yang tercatat sebagai satu dari lima kerajaan Islam terbesar di jamannya. Sebagai sebuah kerajaan yang terletak di ujung barat, maka Kerajaan Aceh Darussalam menjadi pintu gerbang pelayaran di Selat Malaka. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam memiliki Armada Laut yang luar biasa kuatnya. Dalam perjalanan sejarah, pada masa pemerintahan salah seorang Sultan yaitu Baginda Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil pada abad ke 16 - 17 tepatnya pada tahun 1589 hingga 1604, sejarah mencatat nama besar seorang pahlawan perempuan yaitu LAKSAMANA MALAHAYATI. Ia adalah seorang Laksamana perang perempuan yang memimpin lebih kurang 1000 orang pasukan Inong Balee (satu-satunya pasukan yang terdiri dari kaum perempuan) dengan gagah berani.
Menjadi menarik, karena Laksamana Malahayati bukan saja hanya Laksamana pertama di Indonesia, melainkan ia adalah seorang Laksamana perempuan pertama di dunia. Dalam sejarah perjalanan pengabdiannya pada Kerajaan Aceh Darussalam ia juga telah membuktikan keberaniannya dengan membunuh Cornelis De Houtman, seorang Belanda pertama yang menginjakkan kaki di bumi Nusantara. Tidak salah bila Laksamana Malahayati juga telah ditetapkan sebagai salah satu pahlawan perempuan Indonesia sebagai jasanya membela tanah air.
Dari sepak terjang pengabdiannya pada Kerajaan Aceh Darussalam, jelas Laksamana Malahayati memiliki andil besar dalam mempertahankan tanah tumpah darahnya. Selain Laksamana Malahayati, telah banyak dikenal pula pahlawan-pahlawan perempuan dari tanah rencong yang terkenal keberaniannya, seperti, Laksamana Muda Tjut Meurah Inseuen, Laksamana Leurah Ganti, Cut Meutia, dan seorang pahlawan perempuan yang sudah sangat dikenal yaitu Cut Nyak Dien. Selain itu juga pada masa abad ke 17 Kerajaan Aceh Darussalam telah pula diperintah oleh ratu-ratu perempuan yang sangat berpengaruh, yaitu ; Ratu Tajul Alam Safiatuddin Syah, Sri Ratu Nur Alam Nakiatuddin Syah, Sri Ratu Inayat Syah Zakiatuddin Syah dan Ratu Kumala Syah.
Berangkat dari perjuangan yang telah dilakukan oleh perempuan pada masa lampau, maka dapat dikatakan bahwa perempuan Aceh memiliki keberanian yang tinggi. Mereka membuktikan bahwa perempuan bukan mahluk lemah dalam mempertahankan cita-cita, agama dan hak asasinya, walaupun tidak melupakan tugas utama kodrat mereka sebagai ibu yang melahirkan anak-anak negeri penerus perjuangan. Hal inilah yang penting untuk disosialisasikan kepada perempuan pada saat ini, khususnya bagi perempuan Aceh dan bagi para perempuan di seluruh Indonesia pada umumnya. Dengan demikian jelaslah bahwa perjuangan perempuan telah dilakukan sejak jaman dahulu kala. Hal ini dibuktikan dari adanya sejarah yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi dapat dijadikan sebuah semangat untuk membangun jiwa perempuan yang kuat dan berkarakter.

19 June 2008

KEMANA PERGIMU….PASTI KAN KEMBALI…..


Darahku kental dengan seni
Tetapi aku tidak terlahir dalam dunia seni
Oleh karenanya selama hidupku ini
Seni menjadi mati suri…………………..
Tetapi seni telah membawaku kesini
Menemukan lagi jati diri
Nyata harus disanalah aku berdiri
Setelah ribuan jalan kutapaki
Seni telah hidup kembali
Dari panjangnya mati suri .............................
Berdesir mulai dari lirih
Hingga teriakan histeris
Tertumpah dari hati yang pernah teriris
Seni yang pernah mati suri …..
Seni yang kukira tak kan pernah ada lagi
Kini mulai hidup kembali
Kini mulai merangkak lagi…………………….
Tunas-tunas seni yang pernah mati dalam diri
Mulai bergerak…. Mulai berontak…..
Dan menjelma dalam gerak jemari…. Melalui indahnya tari……


Medio 25 Januari 2005
08:30

“ Ketika Kurasakan lagi…
Napas-napas seni… hidup kembali


Halte


Di Indonesia ini apa sih sebenernya fungsi halte? Coba kita lihat perilaku bis, metro mini, kwk dan entah apa lagi namanya. Mereka bisa berhenti disembarang tempat dan disembarang waktu sesuai dengan perintah penumpang. Benar-benar menerapkan motto pembeli adalah raja. Enak juga sebenarnya ya jadi penumpang, bisa sesuka hati memberhentikan bis saat kita naik dan menyetopnya dimanapun kita mau, walaupun bukan di halte. Kan udah bayar? Sedaap….Sang angkot dengan gagahnya akan segera menepi bila kita sudah melambaikan tangan untuk menumpang, atau mengetuk langit-langit kendaraan kalau mau turun. Siiiuuuttt....langsung menepi, walaupun saat itu mereka sedang berada di jalur tengah. Diprotes orang? Emang gue pikirin… Ini lah kerasnya hidup di Jakarta meeeen…TST laaah, Simpel kan? Nah, kembali ke pertanyaan awal... apa sih fungsi halte?

18 June 2008

Hidup ini penuh warna

Hidup ini penuh warna, meski tak semua mesti bisa tergapai. Sudah pasti setiap orang ingin mencoba menikmati semua warna yang dia punya - meski tak banyak yang beruntung bisa mewujudkannya. Paling tidak, kita mesti mencobanya, selagi kita masih punya kesempatan untuk itu. Apapun hasilnya, tentu kita harus bisa menerimanya.
Blog ini ada, sebagai salah satu wujud dari keinginan, pada sebuah pencapaian itu, yang barangkali tertunda atau membentur sebuah realita.
Apapun itu, saya senang bila anda mau menjenguknya, kemudian bersapa, dan mungkin bisa terjalin sebuah pertemanan, atas dasar kesamaan hobi, hubungan bisnis, bertukar cerita, atau apapun - atas dasar niat baik. Itu saja
Salam