Malam ini mas Yudi pulang lebih awal, jam 22 sudah tiba di rumah. Aku sudah rebahan di kamar, ketika kulihat ia masuk dan menghampiriku. Mas Yudi duduk disamping tempat tidur, mengelus lembut rambutku dan mencium lembut keningku. Astaga... ya Allah, apakah aku sudah salah berpikir yang bukan-bukan tentangnya? Aku tersenyum bahagia dan segera membalas kecupannya di bibirku. Kamipun saling berpanggut, bibirnya hangat mengisi seluruh relung jiwaku. Tak dapat kubendung lagi segala hasrat dalam diriku untuk dapat kucurahkan malam itu. Kupeluk mas Yudi erat, seerat pelukannya padaku. Bisiknya perlahan "I Love you, Honey...". Segera kubalas bisikannya dengan penuh keyakinan, "I Love you, too mas..." Kamipun segera berlayar ketengah samudra yang penuh gulung gemulung gelombang asmara. Bunga melati? Saat itu tak terlintas sama sekali. Yang ada hanyalah hasrat yang semakin meninggi dan ingin segera terpuasi.... Kami berlayar jauh... jauh sekali... aku dan mas Yudi....
Peluh masih tersisa basah di tempat tidur. Seprei acak-acakan seakan menjadi penari latar pertunjukan kami malam itu. Tanpa selembar benangpun di tubuh, ia mulai menyalakan rokok kreteknya dan merengkuhku dalam pelukannya, setelah kami berdua sudah tiba lagi dipantai kehidupan nyata. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam. Saat itu aku memandangi wajahnya, sungguh aku mencintainya. Suami pendamping hidup yang telah dikirimkan Allah bagiku. Otakku tiba-tiba nakal, mendorong dan mendesakku untuk memecahkan gumpalan pertanyaan tentang bunga melati yang selama ini menggangguku. Tapi tiba-tiba saja, aku urung melakukannya. Aku tak ingin merusak suasana indah malam ini. Biarlah malam ini tetap dengan keindahannya. Aku tak ingin mengoyaknya dengan pertanyaan-pertanyaanku seputar bunga melati. "Mas..." tanyaku perlahan. "Ya, sayang..." jawabnya tenang. "Mas masih sayang padaku?" Ia menoleh lembut, mengernyitkan dahi. Kemudian ia meletakkan rokoknya diasbak dan mengepit kedua pipiku dengan tangannya. "Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu, Tresnaningtyas, istriku tercinta. Sampai kapanpun. Believe me, I belongs to you and you belongs to me". Jiwaku seakan terbang... hatiku melonjak girang.... Bunga Melati? Tak kuingat lagi.... yang kutahu, aku segera tertidur dipelukannya yang hangat, hingga alunan adzan subuh memanggil kami untuk segera berdoa.... Terima kasih banyak ya Allah... sungguh kau telah mengirimkan seorang pendamping yang begitu sempurna dalam hidupku. Tapi melati-melati itu??? Masyaallah... sebenarnya tetap mengusik hatiku.... Aku tetap harus mencari tahu.... Maafkan aku....
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment