11 May 2013

LEON SANG DEWA LANGIT



Bagaimana kabar LEON?
Sebuah pesan singkat masuk dalam gadget Hira pada suatu pagi.
Apakah LEONmu sudah meneguk kopi pagi dan menghisap asap rokoknya seperti yang selalu kau lakukan setiap pagi, Hira?
“aaaaah Abang…. LEON itu sebuah pendar yang sempurna… sirat sinarnya menembus bumi yang membuatnya menyala… memenuhi semesta dengan energinya… menyetuh kulit dengan belaiannya… menembusi relung hati dengan sirat sinar matanya…. Itulah LEON ku… sang Dewa Langit diatas sana… dia tidak minum kopi dan tidak merokok“ balas Hira dengan pesan singkat pula pada pengirim pesan…
Jiaaah ngeri kali Hira…. Teriak seseorang diseberang sana….
Kriiiiiing…. Dering gadget berteriak nyaring dan kencang….
Adnan Malaka : Hira… Sang Dewi Cinta…. Mulai membumi menebarkan aroma asmara kau rupanya… setelah puluhan tahun membatu diujung sana….
Hira : Abang yang mulia… ribuan hari tak jumpa… tiba-tiba hadir dengan teriakan menggema… mimpi apakah gerakan tuan, nih… hingga seorang pejabat negeri menyapaku dengan gegap gempitanya….
Adnan Malaka : Jiah…. Makin cantik kau kulihat sekarang ya….
Hira : Sebagai sebuah rasa syukur pada kehidupan dan alam semesta, abangku… maka haruslah cantik manusia perempuan dan haruslah ganteng laki-laki dimuka bumi….
Adnan Malaka : Hahahaha….. Aaaaah Hira…. Kau selalu melontar kata yang membuat kaum adam ini meroket kelangit…
Hira :  Langit pun rindu kau jumpai bang…. Maka kulemparkan kau kelangit… agar dapat kau lihat indahnya bumi dari atas sana….
Adnan Malaka : Bajingan kau perempuan Hira… membuatku rindu untuk dengar suaramu…. Hahahaha… dari dulu aku hanya diberi kesempatan menikmati suaramu…. Tanpa bisa berada didekatmu…. Layaknya belut jelita kau menari dihadapanku… lenggokmu mengundangku ingin berlari mendekapmu dalam pelukan asmara…. saat akan kudekap… menghilang lah kau dalam timbunan pasir basah… bedebah kau perempuan gila…. Hahahaha…
Hira : Subhanallah abang… Puji Syukur pada sang Pencipta… Allah menciptakan belut jelita… hahahaha….
Adnan Malaka : Aaaaah Hira… dari dulu hingga kini… nampak indah bak pegunungan sejuk terlihat dari jauh…. Bak batu karang keras dan terjal bila dipanjat…. Kami bagai pujangga frustrasi saja kau buat … Kau buat kaum kami ini menderita….
Hira : Hahahaha…. Abang …. Janganlah menderita abang…. Hidup ini sudah susah… janganlah abang buat hidup makin menderita…. Apakah batu karang harus selamanya menjadi batu karang? Kiban[1] kabar Bang… lama tak jumpa kita ya….
Adnan Malaka : Haba get[2] … Hira… Aaah Hira… aku sebenarnya menelponmu ini hanya ingin bertanya satu hal saja…
Hira : Tuan, abang….
Adnan Malaka : Siapa Leon itu….
Hira : Leon itu… Dewa Langit, bang….
Adnan Malaka : Cukup… cukup bualanmu Hira…. Aku menafsirkan ia adalah tokoh yang memang diambil dalam kehidupan sehari-hari.
Hira : Heeem… begitukah menurut abang?
Adnan Malaka : Yaa… begitulah yang kutangkap… seperti dalam tulisanmu ; Hira yang tercekat setelah melempar basa-basi, berucap selamat datang… aku membayangkan Leon dalam nyata sosok seorang mentor…
Hira : Hoooo… gitu abang ya….
Adnan Malaka : Jujur jawablah aku Hira…. Siapa Leon?
Hira : Dia adalah Dewa Langit yang kuturunkan dalam kasat seorang manusia… dan membuatku terpuruk tergila-gila…
Adnan Malaka : Jiaaaah…. Hira… tergila-gila dengan seorang laki-laki… Teganya kau bicara begitu… Lalu bagaimana dengan aku… yang sedari dulu merindumu…? Yang sedari dulu terpuruk karenamu… dan saat ini kau terpuruk oleh Dewa Langitmu itu…. Lalu bagaimana dengan kami para laki-laki dibumi ini…. Bila seorang Hira telah jatuh cinta pada mahluk langit….? Siapa dia Hira… bolehkah kutau… upeti apa yang disampaikannya untukmu….
Hira : Dia menyampaikan KASIH dan CINTA….
Adnan Malaka : Jiiiiiaaah…. Hira… bicara Kasih dan Cinta… Tolong Hira sedang bermimpi kau rupanya…  Dewa langit itu telah meruntuhkan batu karang yang selama ini hanya bisa tajam kami rasa… ?
Hira : Seperti yang kukatakan tadi bang… ada waktunya pula batu karang itu luluh lantak terkena sengatan sinar matanya….
Adnan Malaka : Kisahmu Leon dan Hira… apakah itu adalah adaptasi lagi dari kisahmu dengan almarhum suamimu…?
Hira : Heeeem…. Bisa jadi juga abang… aku mencoba mengakomodir keliaran imaginasi… menghadirkan yang tak kasat menjadi ada… sebentar abang ya… ini baru kuterima… ada pesan dari langit semesta….
Adnan Malaka : Pesan dari langit semesta… Dahsyat kau Hira…. Hebat kali kau tempatkan Leonmu itu… Bajingan kau Leon…. Membuatku harus menunggu …
Hira : Tuan, abang….
Adnan Malaka : Apa pesan yang disampaikan rupanya…?
Hira : Sebuah pesan cinta....
Hira sibuk mengaduk minuman buatan Sri… Minuman kesehatan yang disiapkan setiap pagi untuknya. Minuman yang terdiri dari campuran buah apel, wortel, jeruk, buah naga,  dan kunyit putih, ditambah lagi dengan cuka apel. Hira menyebutnya dengan nama JUS RA ENAK…. Hira selalu meminumnya bila sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelak… Kalau bisa ditunda kenapa harus dipercepat sayang… jawab Hira bila Leon sudah sibuk untuk mengingatkannya meneguk “JUS RA ENAK” itu setiap pagi…
Pesan dari langit ; “ Minumlah dulu jus ra enakmu itu… sesuatu yang pahit, akan menjadi manis pada akhirnya… minumlah dulu Hira cintaku… “ aaaah…. LEON… suaramu itu… bak pesan dari langit… Hira tersenyum saat satu gelas besar JUS RA ENAK telah diteguknya…. Aku mencintaimu LEON desis HIRA perlahan….

Hira lupa… masih ada Adnan Malaka yang berteriak-teriak diseberang sana                    “ Hallooooo…. Hira…. Halllooooo…. Hira…  apa pesannya…. Halooooo Hiraaaa….. halllooooooooo “

Mampang, 11 Mei 2013
10:00







[1]. Kiban = Bagaimana
[2]. Haba get = Kabar baik


NASONANG DO HITA NADUA





Nasonang do hita nadua 
Saleleng au rap dohot ho 
Nang ro di nasari matua 
Sai tong ingoton hu do ho 

Reff. 

Hupeop sude denggan ni basam 
Huboto tu au do roham 
Nasonang do hita nadua 
Saleleng au rap dohot ho

Diiringi lagu Nasonang Dohita Nadua yang mengalun perlahan, Hira membaca pesan singkat Leon ....

"Sayangku...kutersadar di pagi ini saat kaucium pipi ini....sejenak kubaca tulisan cintamu semalam yg lalu...ada doa terindah dari lubuk hatimu yg terdalam...doa yang mengalir lembut selembut aliran gemericik air di kolam sudut rumahmu...dalam doamu engkau kembali terkenang saat pertama kita berjumpa...perjumpaan yg gak pernah engkau dan aku rencanakan...kuyakin dan sadar akan hadirnya Tuhan kala itu...Dialah Sang Cinta Sejati itu...cinta itulah yg mengalir dalam diri ku dan mu...kelembutan cintamu kurasakan saat pertama kali kau persembahkan sebotol anggur kasih padaku...bersama kita melangkah ke luar rumah menuju mobil ... kau lepas aku dengan senyuman dan kecupan manis dipipi kanan dan kiriku..kecupan itu selalu terasa hangat sehangat bahasa sastrawan yg kau torehkan .... "pendar sirat sinar matamu..." Tuhan, lindungi dan berkati dia selalu....jagalah selalu dia dalam gerak hidupnya...aku menyayangi dia selalu...aku menyayangimu cintaku, Hira.... "

Medio, 11 Mei 2013
02:22

08 May 2013

SAAT RASA HANYA DAPAT DIRASA dan BAHASA MENJADI FANA








“Ingin segera ku memelukmu… laki-lakiku, segunung rindu menggelegak rasa ingin segera tumpah dalam sebuah dekap yang biasa kurasakan disana…. Aaaaah…. “ teriak Hira dalam hati, saat melihat kedatangan Leon. Aaaah …. hanya bisa berjabat tangan dengan jutaan makna yang hanya Hira yang dapat memahaminya, dengan bahasa yang sangat terbatas… “Selamat sore, pak… apa kabar… selamat datang….” Aaaiiiiiih…. Bahasa mantra seorang penerima tamu… jiaaah…. Bikin malas….

Basa-basi terukir dengan kata-kata… terangkai menjadi sebuah kalimat dalam penyajian bahasa….  Hira tak peduli lagi apa isinya… Ditengah ramainya suasana pertemuan…. Ia hanya sanggup menatap mata laki-lakinya …. Itupun hanya bisa sekejap…. “SAK KEDEPE MOTO”… (Sekedip mata) … Seperti lirik dalam lagu “Sewu Kuto” nya Didi Kempot…. Seakan laki-laki itu mengajaknya terbang  melalui sorot matanya… “Mari Hira, kita bermain dalam RASA ….”  Aaah DAHSYAT nya…. Hira hanya dapat menikmati PENDAR SIRAT SINAR MATAnya… lembut, hangat… mengaliri tubuhnya yang berpeluh dalam udara panas jelang hujan ….
Disela-sela keramaian, Hira masih sempat bertanya… “Bagaimana rambutku? Dilepas, atau kuikat…. “
“Ikat…” secuil… sepotong… tapi maknanya menggelegar… spontan Hira mengikat rambutnya… Aaaah…

Kini keduanya sedang berada dalam lingkaran maya… bermain-main dengan angan yang kemudian merasuk dalam rasa… karena hanya rasa yang saat ini menjadi begitu bermakna… dan Bahasa menjadi fana…

Medio, Mampang 08 Mei 2013
10:35

05 May 2013

JALAN SETAPAK TELAGA WARNA



 

Matahari sudah pulang, suasana disekitar Telaga Warna sepi…. Suara binatang hutan terdengar begitu nyata… Riak-riak air telaga warna tidak lagi terpantul cahaya ... Saat itu pergantian senja menuju malam… Kulit mulai tersapu angin dingin…

“Hidungmu mulai dingin… kembali kita…” Leon menjetikan jemarinya pada hidung Hira yang mulai mampet kena udara dingin. Hira mengangguk. Keduanya bertatapan dan saling melempar senyum salah tingkah… aaaah….

Keduanya bergandengan, melewati jalan setapak Telaga Warna menuju parkiran, dipinggir jalan raya puncak. Aaaah … Hira menghirup udara dalam-dalam sambil menghelanya keras… dadanya membusung dengan tangan dibukanya lebar.
“Dingin ya…” tanya Leon datar, tangannya mengamit tangan Hira dalam genggamannya. Tubuh Hira terasa bergetar…
“Enggak…” jawabnya salah tingkah… aaah aneh juga… Hira salah tingkah ketika tangannya berada dalam genggaman Leon. Dirinya pun tak habis pikir, mengapa ia jadi seperti remaja yang baru pertama pacaran… dalam usianya yang sudah puluhan kalinya meniup lilin ulang tahun, tentu seharusnya tidak lagi mengalami hal ini… kaya ABG ajaaah… Hira yang biasa ramai… terlihat cekat di tenggorokan dan kehabisan kata-kata. Ia sibuk dengan gemuruh didalam dada yang bagai terguncang saat Leon menggenggam tangannya. Widiiih begitu dahsyatnya kah seorang Leon bagi Hira…? Dalam benak Hira, ia harus segera mencari topik masalah untuk dapat memecahkan hening diantara keduanya…

“Eeeeem…. “ Hira membuka kata dengan sepenggal kata itu… masih cekat rasanya… sambil menatap langit, Hira mengambil ancang-ancang untuk bicara. Laki-laki disebelahnya masih berjalan tenang …
“Tuhan itu gila ya….” Hira mulai dengan celotehnya… “eeeem…. Tenang…tenang… gini lho maksudku…” Hira segera melancarkan kata-katanya, sebelum Leon syok dengan terminologinya tentang Kegilaan Tuhan yang baru saja dikatakannya.
“Maksudku begini… maaf kalau aku mengatakan bahwa Tuhan itu gila… tapi kurasa, tidak salah juga aku mengatakan demikian…. Karena bagiku… Tuhan itu maha segala-galanya… DIA Maha Besar… sekaligus juga Maha Kecil… DIA bisa buat apa saja… “ Hira jeda sejenak…. “eeem gini….” Lanjutnya lagi… “TUHAN itu yang menciptakan semua isi bumi ini kan… dia buat bintang, tumbuhan, hewan… bahkan manusia. Tidak berhenti sampai disana… dia juga membuat sel-sel kecil… seeeeeeekecil-kecilnya…. Daaan…. Tidak hanya berhenti sampai menciptakan kehidupan… tetapi juga beserta sistemnya, agar kehidupan itu dapat terus berjalan. Semua berjalan teratur… sesuai dengan seharusnya, sesuai dengan semestinya. Selain itu, pada setiap sesuatu selalu ada maknanya. Seperti ….. eeeemm…. daun teh ini… “ Hira berhenti dan memetik ujung daun teh… “Ujung daun teh memiliki rasa berbeda dengan daun tengah dan pangkal daunnya… ketika aku memetik ujungnya, maka akan rusaklah seluruh kehidupan dalam daun itu… terkoyak… seperti layaknya seorang manusia yang telah diperkosa… dia akan menjadi hancur. Kalau terjadi pada manusia, sepertinya waaah… akan menjadi masalah besar kan? Karena dia tanaman aja kan… jadi sepertinya gak apa-apa. Kayanya kita cuma iseng aja kan…. Petik ujungnya… Padahal… sama saja… kita sudah merusak sistem hidup tanaman ini… Tapi apakah kita sadar? Bahwa kita telah merusak sistem yang pada saat itu berjalan disitu… dipohon teh itu “ Hira tidak memperhatikan tanggapan Leon dan Hira juga tidak menginginkan Leon menanggapi… Ia seperti berceloteh sendiri, seakan ingin mengeluarkan gelegak rasa yang ada didalam hati dan pikirannya. “Itu yang kumaksud dengan Tuhan itu gila…. DIA menciptakan semua kehidupan berserta seluruh sistemnya… mulai dari tunas, berkembang, bertumbuh, kemudian mati… dan lalu hidup lagi… begitu seterusnya… dan aku sangat yakin dan percaya, bahwa disetiap sistem yang berjalan itu… DIA hadir… DIA ada… juga didalam tubuh kita… aku yakin dan percaya… seluruh tubuh kita yang terdiri atas sel-sel ini… apapun namanya… ada Tuhan disana…. Gila kan…. Ini… saat ini kita bicara tentang gunung… pohon teh yang kita petik tadi… lain lagi bila kita berada di pantai…. Dengan segala sistem yang berjalan disana… ikan, tanaman laut, plankton… dan ribuan mahluk lainnya.“ Hira menghentikan kata-katanya sejenak… tiba-tiba dia berhenti dan memandang Leon, sambil menunjuk pada sebuah parit yang dialiri air kotor… “Kamu lihat bunga di parit itu… Dia juga punya sistemnya sendiri… Dia bertunas, bertumbuh, berkembang, mekar cantiiiiiik sekali…. kemudian layu… yang untuk nanti dia akan berkembang lagi… padahaaaaal…. Dia ada di parit…. Ditempat yang kotor…. Tapi tetap ada keindahan disana…. Jadi tidak hanya ditempat yang bersih dan bagus Tuhan hadir… tetapi ditempat kotorpun… DIA pula hadir… Tuhan itu gila ya…” Hira mengakhiri kata-katanya.


Leon menghentikan langkahnya. Hira menoleh, dan segera pula turut menghentikan langkah… Tangan Leon menariknya untuk mendekat. Kini mereka berhadapan… Hira menatap mata Leon dalam… aaaah PENDAR SIRAT SINAR MATAnya… membuat Hira gemetar… Leon merengkuhnya dalam dekap… erat Leon memeluk Hira… Perempuan itu hanya mampu meletakkan kepalanya didada bidang laki-laki yang saat ini memeluknya dengan begitu hangat… mendaratkan sebuah kecupan lembut didahinya… Keduanya tenggelam disana… tanpa kata, tanpa suara… ditengah-tengah jalan setapak Telaga Warna… diantara perdu teh yang berbaris… dibawah atap langit gelap terbuka… Bintang menari… Jengkerik sibuk bernyanyi….Yakin dan percaya… Tuhan hadir pula disana… Aaaaah Leon… akankah selamanya…. ????  

Medio Mampang, 05 Mei 2013
06:45