08 May 2013

SAAT RASA HANYA DAPAT DIRASA dan BAHASA MENJADI FANA








“Ingin segera ku memelukmu… laki-lakiku, segunung rindu menggelegak rasa ingin segera tumpah dalam sebuah dekap yang biasa kurasakan disana…. Aaaaah…. “ teriak Hira dalam hati, saat melihat kedatangan Leon. Aaaah …. hanya bisa berjabat tangan dengan jutaan makna yang hanya Hira yang dapat memahaminya, dengan bahasa yang sangat terbatas… “Selamat sore, pak… apa kabar… selamat datang….” Aaaiiiiiih…. Bahasa mantra seorang penerima tamu… jiaaah…. Bikin malas….

Basa-basi terukir dengan kata-kata… terangkai menjadi sebuah kalimat dalam penyajian bahasa….  Hira tak peduli lagi apa isinya… Ditengah ramainya suasana pertemuan…. Ia hanya sanggup menatap mata laki-lakinya …. Itupun hanya bisa sekejap…. “SAK KEDEPE MOTO”… (Sekedip mata) … Seperti lirik dalam lagu “Sewu Kuto” nya Didi Kempot…. Seakan laki-laki itu mengajaknya terbang  melalui sorot matanya… “Mari Hira, kita bermain dalam RASA ….”  Aaah DAHSYAT nya…. Hira hanya dapat menikmati PENDAR SIRAT SINAR MATAnya… lembut, hangat… mengaliri tubuhnya yang berpeluh dalam udara panas jelang hujan ….
Disela-sela keramaian, Hira masih sempat bertanya… “Bagaimana rambutku? Dilepas, atau kuikat…. “
“Ikat…” secuil… sepotong… tapi maknanya menggelegar… spontan Hira mengikat rambutnya… Aaaah…

Kini keduanya sedang berada dalam lingkaran maya… bermain-main dengan angan yang kemudian merasuk dalam rasa… karena hanya rasa yang saat ini menjadi begitu bermakna… dan Bahasa menjadi fana…

Medio, Mampang 08 Mei 2013
10:35