“Ingin
segera ku memelukmu… laki-lakiku, segunung rindu menggelegak rasa ingin segera
tumpah dalam sebuah dekap yang biasa kurasakan disana…. Aaaaah…. “ teriak Hira
dalam hati, saat melihat kedatangan Leon. Aaaah …. hanya bisa berjabat tangan
dengan jutaan makna yang hanya Hira yang dapat memahaminya, dengan bahasa yang
sangat terbatas… “Selamat sore, pak… apa kabar… selamat datang….” Aaaiiiiiih….
Bahasa mantra seorang penerima tamu… jiaaah…. Bikin malas….
Basa-basi
terukir dengan kata-kata… terangkai menjadi sebuah kalimat dalam penyajian
bahasa…. Hira tak peduli lagi apa
isinya… Ditengah ramainya suasana pertemuan…. Ia hanya sanggup menatap mata
laki-lakinya …. Itupun hanya bisa sekejap…. “SAK KEDEPE MOTO”… (Sekedip mata)
… Seperti lirik dalam lagu “Sewu Kuto” nya Didi Kempot…. Seakan laki-laki itu
mengajaknya terbang melalui sorot
matanya… “Mari Hira, kita bermain dalam RASA ….” Aaah DAHSYAT nya…. Hira hanya dapat menikmati
PENDAR SIRAT SINAR MATAnya… lembut, hangat… mengaliri tubuhnya yang berpeluh
dalam udara panas jelang hujan ….
Disela-sela
keramaian, Hira masih sempat bertanya… “Bagaimana rambutku? Dilepas, atau
kuikat…. “
“Ikat…”
secuil… sepotong… tapi maknanya menggelegar… spontan Hira mengikat rambutnya…
Aaaah…
Kini
keduanya sedang berada dalam lingkaran maya… bermain-main dengan angan yang
kemudian merasuk dalam rasa… karena hanya rasa yang saat ini menjadi begitu
bermakna… dan Bahasa menjadi fana…
Medio,
Mampang 08 Mei 2013
10:35